SUARAMUHAMMADIYAH.COM– “Saya sangat bangga, bahwa London telah memilih harapan di atas ketakutan, dan persatuan di atas perpecahan. Ketakutan hanya akan membuat kita lemah, dan politik ketakutan tidak akan diterima di kota ini.” Kalimat ini menjadi kunci dari pidato Sadiq Amman Khan setelah terpilih menjadi Walikota London menggantikan Boris Johnson pada Jum’at, 6 Mei 2016 lalu. Dilansir dari politicalscrapbook.net perolehan suara Sadiq unggul di sejumlah kota-kota dengan penduduk yang berasal dari etnis minoritas.
Pria yang lahir dari keluarga Imigran Pakistan ini merupakan satu dari sedikit politisi Muslim London yang mampu memenangkan kontestasi politik menjadi Walikota Muslim Pertama di kota tersebut. Dalam kontestasi tersebut, Sadiq yang diusung dari Partai Buruh tersebut berhadapan dengan kandidat Partai Konservatif Zac Goldsmith dan ia pun unggul dengan perolehan 56.8% voting atau 1, 310,143 suara di putaran kedua. Setelah sempat dihadapkan dengan kampanye negatif yang dilayangkan oleh kandidat lawan dari kubu Partai Konservatif, Ia mengalahkan Goldsmith yang memperoleh 43.2% voting atau 994, 614 suara. Kemenangan Sadiq kali ini pun menjadi ujung dari 8 tahun kepemimpinan Partai Konservatif di Negara tersebut.
Serangan kampanye negatif tersebut mengaitkan identitas Sadiq yang seorang Muslim, secara personal dengan isu ekstrimisme dan rasisme yang langsung menuai berbagai reaksi dari masyarakat London. Kampanye negatif Goldsmith tersebut pun dinilai tidak pantas dilakukan dan sebaliknya menurunkan dukungan pemilih dan citra partai. Reaksi ini pun sempat disangkal oleh Goldsmith bahwa apa yang dilakukannya bukanlah tindakan yang menunjukkan rasisme.
Andrew Boff, seorang politisi dan petinggi dari partai yang mengusung Goldsmith, dalam sebuah wawancara dengan program bbc news night menuturkan bahwa kampanye tersebut akan menjadi masalah bagi integrasi di kota yang memiliki penduduk multietnis ini. Ia pun menyatakan ketidaknyamannnya terhadap kampanye Goldsmith yang menunjukkan bahwa mereka dengan pandangan agama tertentu adalah simpatisan teroris. “Saya percaya ini akan memberikan pengaruh bagi partai, terutama di berbagai belahan London yang didiami dari populasi Muslim tertinggi di London. Ini adalah sebuah kesalahan bagi integrasi London di masa depan,” seperti yang dikutip dari independent.co.uk.
Terkait hal ini, Sadiq sempat menyatakan kekhawatirannya terhadap efek dari kampanye tersebut. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh lawan politiknya tersebut akan mempengaruhi generasi muda Muslim dan mereka yang berasal dari kalangan minoritas lainnya untuk mengambil peran konstruktif dalam masyarakat melalui politik. Terlepas dari apapun identitas dan perbedaan yang dimiliki masyarakat London, Sadiq yang merupakan anggota parlemen untuk wilayah Tooting ini mendorong mereka untuk terus aktif berperan dalam masyarakat.
“Kita harus memberikan dorongan bagi para pemuda dari etnis minoritas untuk berperan lebih di masyarakat,” terangnya dalam theguardian.com.
Dilansir dari sumber yang sama, Sekretaris Umum Dewan Muslim Britania, Shuja Shafi menuturkan bahwa Sadiq adalah seorang figur persatuan masyarakat London. “Sadiq telah menunjukkan sikap yang bermartabat dalam menghadapi kebencian dan kecurigaan tentang latar belakang agamanya.”
Dalam pidato kemenangannya, Sadiq mengungkapkan bahwa dalam pemerintahannya ia akan memfokuskan kepada sejumlah isu utama. Di antaranya terkait dengan kebijakan dan perencanaan kota ia akan memprioritaskan problem krisis perumahan dengan membangun perumahan dan memberikan harga yang lebih terjangkau, memperbaiki tarif transportasi publik, pemotongan pajak perusahaan, dan memperbaiki kualitas udara di kota tersebut agar menjadi lebih aman untuk masyarakat. (Th)