YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com– Dalam salah satu sesi pembahasan sidang komisi Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Tabligh Muhammadiyah di LPMP DIY, muncul gagasan dari para peserta untuk mengaktifkan kembali Korps Mubaligh Muda Muhammadiyah (KM3). Peserta sidang mengusulkan supaya pembinaan mubaligh muda digencarkan kembali dalam rangka kemaslahatan umat.
Para mubaligh muda harus terus dibina dan digerakkan untuk mengadakan pengajian rutin. “Para Pimpinan Wilayah harus menggerakkan pengajian-pengajian khusus yang tidak terbatas dan mengembangkan materi-materi khusus sesuai dengan kondisi setempat. Pengajian khusus mahasiswa, pengajian khusus ibu-ibu, pengajian khusus difabel, pengajian khusus lansia, dan lain-lain,” ujar salah satu peserta.
Usulan itu mendapat dukungan dari hampir semua peserta Rakernas. Sekretaris DPP IMM Bidang Hubungan Luar Negeri yang menjadi salah satu perwakilan menyatakan bahwa keresahan tentang kekurangan mubaligh juga dirasakan oleh DPP IMM yang bergerak di ranah kampus. Para mahasiswa Muhammadiyah sering kekurangan mubaligh dan dalam kondisi tertentu jauh tertinggal dengan gerak dakwah kelompok yang lain, terlebih di perguruan tinggi negeri atau non-PTM. “Perlu adanya sinergisitas dengan ortom dan AMM untuk meningkatkan kualitas dan mengintensifkan pelatihan mubaligh muda Muhammadiyah,“ ungkapnya.
Di bagian lain, sidang komisi B menyepakati adanya forum silaturahim nasional mubaligh dan takmir masjid. Melihat fenomena terakhir, pengelolaan masjid Muhammadiyah juga membutuhkan standarisasi. Para takmir masjid ini nantinya akan distandarisasi oleh Majelis Tabligh dengan tetap memasukkan dan menampung kekhasan masing-masing wilayah dan daerah. Tak hanya itu, para peserta komisi B, meminta Muhammadiyah agar memikirkan pendirian masjid nasional Muhammadiyah, seperti halnya Masjid Istiqlal di Jakarta. Selama ini, masjid Muhammadiyah di kantor PP Muhammadiyah di Jakarta dan Yogyakarta terkesan sangat tidak representatif dan letaknya di pojok bangunan.
Majelis Tabligh diharapkan segera melakukan identifikasi mubaligh/mubalighah di wilayah masing-masing. Selanjutnya bersama-sama dengan Majelis Tabligh Daerah menghimpun para mubaligh/mubalighah ke dalam Korp Mubaligh yang terus-menerus memperoleh pembinaan intensif. Selain pelatihan mubaligh/mubalighah, takmir dan khatib, Majelis Tabligh juga akan mengintensifkan TOT (Training of Trainer) dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. (Ribas)