YOGYAKARTA. suaramuhammadiyah.com— Indonesia adalah bangsa dengan ragam suku, budaya, dan pemeluk agama. Meski berbeda, Indonesia memiliki bahasa pemersatu, bahasa Indonesia. “Sekilas persoalan bahasa pemersatu ini nampak sederhana. Tapi jika kita amati lebih jauh, ternyata dampaknya luar biasa, kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,” Anies Baswedan dalam pidatonya pada acara penutupan Konsolidasi Nasional, di UM Yogyakarta, (24/06).
Adanya bahasa pemersatu, merupakan bukti kedewasaan anak bangsa. Selain menjadi faktor pendukung kemampuan mengelola perbedaan. “Dalam forum-forum internasional, sering saya katakan, kalau mau belajar demokrasi, ada baiknya untuk melihat Indonesia,” terangnya. Lantas Anies menambahkan, bahwa kemampuan mengelola kebhinekaan di Indonesia, sudah tidak diragukan lagi. “Karena di negeri ini, selain ada kesatuan, juga memiliki persatuan,” jelasnya.
Menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean, Anies mengajak seluruh hadirin untuk bersikap optimis. Hal tersebut didasarkan dari hubungan negara ASEAN yang terbilang cukup harmonis, dibanding dengan negara Asia bagian barat maupun timur. “Korea, Jepang, Cina, dan Taiwan boleh bangga dengan pencapaian masing-masing. Pertanyaannya, apakah mereka bisa bekerjasama? Begitupun India, yang pertumbuhan kelas menengahnya begitu pesat. Apakah mereka bisa berdamai dengan Pakistan? Mungkin sulit,” katanya.
Selain sikap optimis, harus ada tindakan realistis untuk menghadapi tantangan bangsa kedepan. Terkait tantangan bangsa tersebut, Anies menyatakan, ada di pengembangan kualitas manusia. “Karena dunia saat ini meihat tiap-tiap individu, maka perlu kita bereskan hal ini,” tegasnya. Langkah Muhammadiyah yang selama ini bergerak di bidang kesehatan dan pendidikan, menurutnya sudah berada di jalur yang tepat. Ia pun menantang Muhammadiyah untuk meningkatkan kualitasnya ke level internasional. Seraya mengajak peserta konsolidasi untuk belajar dari Korea Selatan yang membuka diri pada pergaulan internasional. “Anak-anak di Korea, sejak kecil sudah belajar bahasa asing. Dampak positifnya, mereka kini mampu berkomunikasi dengan semua warga dunia,” pungkasnya. (GR)