YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Ada banyak faktor dibalik kesuksesan Bupati Bojonegoro Suyoto MSi, dalam memimpin dan membawa banyak perubahan bagi salah satu kabupaten yang awalnya termasuk termiskin di Pulau Jawa itu. Salah satu faktornya adalah karena pengaruh dari tokoh Ketua Umum PP Muhammadiyah terlama dalam sejarah, Kyai Haji AR Fakhruddin atau akrab disapa Pak AR. Hal itu diakui Suyoto ketika membawakan materi dalam Pengajian Ramadhan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sabtu (18/6), di Auditorium Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
“Pesan Pak AR Fakruddin; agama itu petunjuk hidup, maka beragama harus menghidupkan,” ujar Kang Yoto sambil menyatakan bahwa pesan Pak AR itu berangkat dari ajaran kitab suci Al-Qur’an, bahwa manusia itu harus memberi manfaat dan menjadi rahmat dan menjadi pemimpin adalah sarana untuk menebar manfaat. Kang Yoto mengaku sangat akrab dengan sosok Pak AR karena dahulunya sebelum terjun ke dunia politik merupakan dosen Al-Islam dan Kemuhammadiyah (AIK) di Universitas Muhammadiyah Malang.
Baca juga: Prof Bambang Cipto: Bagi Muhammadiyah Politik sebagai Ladang Amal
Atas dasar itu, Kang Yoto memahami hakikat seorang pemimpin itu adalah mereka yang bersama rakyat merumuskan mimpi menjadi visi, mengubah kepahitan masa lalu menjadi kearifan dan energi hidup. Lalu memastikan hari ini mampu saling melengkapi karya untuk keberlanjutan kesejahteraan dan kebahagiaan sesama. Oleh karena itu, pemimpin harus bisa berkolaborasi dengan semua kekuatan. “Pemerintah, pengusaha, agamawan harus kolaboratif approach,” kata bupati yang dianugerahi puluhan penghargaan di tingkat nasional dan internasional itu.
Dalam menjalankan kepemimpinannya di kabupaten langganan banjir kiriman itu, Kang Yoto berpegang pada enam pilar pembangunan. Yaitu, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pembangunan mengelola lingkungan hidup berkelanjutan, pembangunan modal social, pembangunan meningkatkan keuangan atau fiscal, pembangunan birokrat atau aparatur yang tangguh, benar dan baik, serta pembangunan kepemimpinan yang berani mengubah tranformasi kebijakan. Berkat konsistensinya itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Bojonegoro mencapai 19,47 persen atau melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
Kang Yoto juga berpegang pada prinsip pembangunan dunia sesuai dengan ketentuan PBB, dari awalnya Millenium Development Goals (MDGs) yang ditetapkan pada tahun 2000, berubah menjadi Sustainable Development Goals (SDGs) sejak tahun 2016. Dalam penuturan Kang Yoto, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin diangkat menjadi salah seorang Anggota United Nations Sustainable Development Solution Network (SDSN) atau Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan. Lembaga ini dibentuk Sekjen PBB untuk membantu memberi solusi terhadap penerapan SDGs.
Baca juga: Muhammadiyah Bukan Organisasi Politik, Namun Memainkan Peran Strategis Politik
Selama menjabat sebagai bupati, Kang Yoto selalu berusaha memenuhi kebutuhan sekarang dengan tidak merusak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Prinsip-prinsip itu kemudian diterjemahkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bojonegoro 2013-2018. Bagi Kang Yoto, pembangunan yang eksploilatif hanya akan membawa pada kehancuran dan mengundang konflik sosial. “Potensi konflik di DKI itu nyata. Harus ada pendekatan baru,” ujarnya mencontohkan pembangunan di DKI Jakarta yang sangat eksploitatif (Ribas).