Prof. Dr. HM. Din Syamsuddin, MA (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah):
Tempo edisi baru, memuat artikel tentang “Kitab Fikih” Muhammadiyah
Yaitu sebuah kitab dengan tulisan Arab dan dalam Bahasa Jawa yang menyebut : diterbitkan oleh Taman Pustaka Muhammadiyah, tanpa tahun dan bersifat fotokopian.
Reportase agaknya ingin menunjukkan bahwa, dengan kitab itu ubudiyah Muhammadiyah awal tidak berbeda dengan NU.
Kebetulan saya diwawancarai, dan saya nyatakan :
- Otentisitas kitab tersebut perlu diuji secara akademik oleh ahli filologi (bidangnya Mas Hajriyanto Y Thohari), karena meragukan :
- Khat agak moderen, tdk seperti khat kitab-kitab kuning kuno baik cetakan maupun tulisan tangan.
- Tiga halaman pertama berbeda dengan halaman-halam berikutnya, yaitu terkesan lebih moderen dan “bold”.
- Tidak ada penyebutan penulis (Ahmad Dahlan), kecuali hanya Taman Pustaka Muhammadiyah.
- Seandainya kitab itu benar dari Muhammadiyah / KH. Ahmad Dahlan, maka wajar dan tak ada masalah ;
- Interaksi KH. Ahmad Dahlan dengan guru-guru yang berpandangan demikian (Saleh Darat, Ahmad Khatib, dan syeikh2 lain di Mekkah).
- Perhatian KH. Ahmad Dahlan bukan / belum pada fikih tetapi pada pembaruan pemikiran (kalam/Abduh, kemajuan/Aghani, dan Ilmu Falak).
- Walau mungkin sama pada fikih / ubudiyah tapi jelas beda pada aspek aspek non fikih.
- Bagi Kaum Muhammadiyin, Muhammadiyah bukan Dahlaniyah, dan perkembangan paham keagamaan bersifat dinamis (berkemajuan) dari masa ke masa.
- Seperti pada gerakan gerakan keagamaaan lain seperti IM dan NU, ideologisasi berlangsung pada tokoh tokoh pasca pendiri (IM= Sayyid Qutb, NU= Wahab Hasbullah, dan M= Mas Mansur, dll).
- Di kalangan fukaha sekalipun, perbedaan / perubahan pikiran sangat mungkin sejalan dengan perubahan ruang dan waktu, seperti pada Imam Syafii dengan qaulun qadim dan qaulun jadid. Begitu pula Ahmad Dahlan.Ada satu poin penting;
- Muhammadiyah sebagai gerakan sangat bertumpu pada sistem, institutionalized, dan bukan berorientasi personal apalagi dengan kultus individu.
Begitu pula, wawasan keagamaannya bertumpu pada ijtihad jama’i (ijtihad kolektif). Itulah Islam Berkemajuan.
- Maka kitab itu tidak ada masalah dan tidak usah dipermasalahkan.
Mudah mudahan pernyataan saya dikutip proporsional, walau saya sendiri ragu. Apa dan betapa pun reportase itu, bagi kita Rapopo atau EGP (Emang Gue Pikirin).
Salam Lailatul Qadar (***).