Assalamu’alaikum wr wb.
Semoga Ibu Emmy di Jogja sehat (Amiin: Bu Emmy). Sekadar mengingatkan, saya Putri, pernah konsultasi melalui rubrik ini dan dimuat kalau tidak salah bulan April 2011. semoga ibu masih mengingat saya dan masalah saya. Saya dilarang ibu saya menikah sebelum tahun 2012. pada hal di awal tahun 2011 saya dekat dengan laki-laki yang mau serius dengan saya. Keluarganya mau berkunjung ke rumah, tapi ibu menolak dengan alasan yang tidak jelas. Laki-laki itu pun mundur. Kini usia saya sudah 31 tahun.
Kini saya sangat menikmati kesendirian ini. Pulang kerja, bisa jalan-jalan, ke toko buku misalnya atau duduk-duduk di taman sambil makan siomay atau sekalian lembur. Ibu malah menawari untuk melanjutkan S2. Tapi, saya ragu, sanggup atau tidak, karena saya pulang kerja jam 15.00. saya juga takut nanti ibu menyalah-nyalahkan kalau saya tidak bisa segera selesai. Nanti malah jadi masalah baru. Seperti kakak saya nomor 2 yang hampir DO, ibu bilang: “Beginilah kalau kuliah belum selesai sudah buru-buru nikah.” Cobalah Bu Emmy lihat, pemikiran ibu saya. Apa mungkin juga karena itu yang membuat kakak sulung saya sampai sekarang juga belum menikah, usianya 36 tahun.
Entahlah Bu? Yang jelas saya ingin komentar atau pendapat Ibu tentang pemikiran saya mengenai nikah. Kadang saya risih kalau ditanya kapan menikah. Saya hanya bisa berdo’a: “Ya Rabb, Engkaulah pembolak-balik hati. Engkau Mahatahu sakit hati yang kurasa. Hamba pasrahkan padaMu urusan jodoh hamba. Hamba yakin Engkau punya rencana. Mudahkan urusan jodohku ya Rabb.” Mohon komentar dan nasihat Ibu. Atas jawabannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Putri, di kota X
—
Wa’alaikumsalam wr wb.
Putri yang baik, anda adalah seorang anak yang sangat patuh pada orangtua, maka tidak mudah bagi Putri untuk membangkang atau menentang keinginan orangtua, meski kata atau perintah dari orang tua “tidak lazim”. Umumnya sebagai orang tua yang mempunyai gadis yang sudah cukup umur (27 tahun) dan ada laki-laki yang mau serius dengan anaknya, akan senang dan menyegerakannya. Karena salah satu tugas orang tua adalah menikahkan anak gadisnya. Saya tidak mau menduga-duga apa yang menjadi alasan atau pertimbangan ibunda, hingga keluar larangan dari Ibunda kepada Putri untuk menikah sebelum tahun 2012.
Yang jelas larangan itu telah membuat Putri “down”, menjadikan benci bila mendengar cerita orang nikah dari Ibu, menarik diri, tidak mau menghadiri undangan pernikahan, meski yang menikah kerabat dekat. Saya bisa mengerti. Namun, kalau saya cermati doa yang terucap dari Putri, jelas bahwa Putri masih ingin mendapat jodoh yang tepat. Syukurlah. Kita fokus pada masalah ini saja ya.
Begini Putri, terlihat jelas, dalam diri Putri ada perasaan marah, sakit hati terutama pada Ibu. Meski bisa dimengerti mengapa Putri sakit hati, tapi tidak bisa dipungkiri perasaan negatif seperti itu akan terlihat di wajah dan perilaku Putri. Perasaan negatif akan menebarkan energi negatif di sekitarnya. Utamanya ketika kita berinteraksi dengan orang-orang di sekiitar kita. Tanpa disadari, kata-kata yang keluar pun tidak enak untuk didengar. Bila wajah yang terlihat tidak menyenangkan, cemberut misalnya. Kata-kata yang keluar tidak enak untuk didengar ditambah perilaku yang tidak bersahabat, bisa ditebak orang yang berinteraksi dengan kita tentu tidak ingin berlama-lama bersama kita, bahkan kalau bisa menghindar saja. Jangan-jangan karena sikap Putri yang menyebabkan teman atau kenalan yang ingin mendekati Putri, berlalu begitu saja.
Cobalah untuk berubah. Mulailah dari hati, hilangkan rasa marah yang ada, maafkanlah Ibunda. Bila Putri bisa memaafkan ibu saya yakin wajah Putri akan memancarkan aura yang positif dan yang keluar adalah energi positif pula. Sehingga ketika kita berinteraksi dengan orang lain, maka mereka akan betah bersama kita. Penampilan pun menjadi lebih atraktif dan menarik. Insya Allah, laki-laki pun akan banyak yang tertarik pada Putri.
Putri, doa itu memang penting, tentu harus diikuti dengan usaha. Nah, optimis adalah sikap yang dibutuhkan untuk mencapai apa yang kita inginkan. Suatu saat bila Putri sudah menemukan laki-laki yang pas, optimislah ke depan semua akan berjalan dengan baik. Bila Putri khawatir ibunda akan bersikap negatif. Sebelum dikenalkan pada ibu, kenalkan pada keluarga besar seperti tante, nenek juga kakak, baru kemudian ibu. Dengan begitu, Putri punya kekuatan yang lebih untuk menghadapi ibu.
Perbanyak istighfar dan mendekat pada Allah dengan mengerjakan amalan-amalan sunnah. Semoga Allah berkenan memberi laki-laki yang tepat (shalih) untuk Putri. Amiin.•
***) Emmy Wahyuni, Spsi (Seorang pakar psikologi)