Mengapa Digosipkan?

Mengapa Digosipkan?

Assalamu’alaikum, wr, wb.
Ibu Emmy yth., saya pegawai di satu instansi pemerintah, berteman baik dengan K seorang perempuan. Teman lain sekantor saya laki-laki dan perempuan banyak, salah satunya L. Suatu hari saya dibuat heran dengan menyebarnya gosip bahwa saya suka pada L. Beritanya santer sekali.
Saya sudah berusaha meminta penjelasan, tapi teman-teman diam semua. Sebenarnya saya sama sekali tidak kenal sama L. Setiap hari kerja, ia memang lewat di depan meja saya. Yang membuat saya tambah bingung dan syak, akhir-akhir ini semua orang menuduh saya selingkuh dengan L. Saya minta tolong K untuk menjelaskan yang sebenarnya, tapi K malah memperkeruh. Saya mencoba menggunakan teman lain sebagai media, hasilnya juga nihil. Malah teman saya ini bilang kalau orang-orang yang menggosipkan saya justru tak tahu masalah sebenar­nya. Bukan apa-apa Bu, saya sudah berkeluarga dan punya 2 anak. Kalau ini terdengar suami dan anak-anak, bukankah ini akan menjadi masalah keluarga saya. Tolong saya bu, saya lelah menghadapi gosip ini! atas jawabannya terima kasih.
Wassalamu’alaikum, wr, wb.
M, di X

Wa’alaikumsalam, wr, wb.
M yth., terasa aneh, orang yang tidak saling kenal bisa digosipkan punya “affair”. Saya jadi menduga, kemungkinan ada dua hal, M adalah sosok yang sangat sensitif, sehingga tidak bisa membedakan mana yang cuma meledek dan mana yang serius. Yang kedua, kantor M adalah sumber gosip dimana para karyawan pandai membesar-besarkan masalah atas dasar sedikit fakta.
Cobalah diingat, saat L lewat di depan M, pernahkah misalnya, ada lontaran kata-kata dari M tanpa maksud apa-apa,”Eh, ada lelaki ganteng lewat.” Atau ada kalimat lain yang serupa. Bisa juga, ada teman yang memergoki L mengamati M, sehingga seakan-akan terlihat senang pada M. Ketika ada lontaran kata-kata yang meledek M, “Eh, masak M ditaksir L?” M lalu bingung karena tidak siap untuk dijadikan bulan-bulanan. Lebih jauh lagi, karena tertawa tergelak-gelak, M?
Selanjutnya, mungkin M berada dalam lingkungan dimana terdapat banyak tukang gosip. Tanda paling jelas, mereka adalah sekumpulan pegawai yang lebih banyak waktu luang dari pada menyelesaikan pekerjaan. Ditambah dengan atasan yang tidak kreatif dan kurang berwibawa, sehingga tercipta lingkungan tidak sehat karena bosnya saja dijadikan bahan gosip anak buahnya. Yang ingin saya ingatkan, M jangan jadi bagian dari mereka. Karena walau hal-hal positif hanya sayup-sayup terdengar, bila tiba waktunya, kebenaran akan terdengar nyaring gaungnya. Dan, bila ini terjadi, mereka yang dibuat menderita oleh mayoritas yang asal ngomong tadi akan merasakan buah manis.
Mungkin ada yang bilang, ”Ah M ini mengada-ada, itu kan bukan masalah berat.” Tidak selalu demikian. Mereka yang mempunyai kepribadian kuat, bisa leluasa bicara dan menyampaikan unek-unek, berani tampil beda dengan lingkungan bila ia merasa benar, tak punya masalah dengan kelompok seperti itu. Tetapi tekanan kelompok mudah sekali berdampak pada mereka yang tak PD dari sononya, merasa butuh dukungan dari kelompok, nyaman bila mengadopsi nilai-nilai kelompok, walau sebenarnya itu tak benar, makanya lalu rentan bila dijadikan obyek perhatian yang memunculkan perbedaan dirinya dengan lingkungan.
Tak perlu takut M, tetap saja berlaku seperti sedia kala, dan kali ini dengan memasabodohkan saja apa yang Anda dengar, selama tak ada fakta, jangan buang waktu untuk memikirkannya. Agar hubungan dengan suami dan anak-anak harmonis, satu-satunya jalan bangun rasa saling percaya. Kemudian beri informasi sebanyak-banyaknya pada suami dan anak-anak, apa saja aktifitas Anda saat bekerja, dengan siapa Anda bekerja sampai sejauh mana lingkup tanggung jawab Anda. Kenalkan suami pada atasan dan istrinya. Sehingga lingkungan kerja bukanlah hal yang asing bagi keluarga.
Semoga Allah selalu melindungi M dan keluarga. Amiin.•

Exit mobile version