YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Para pengusaha, menurut Islamiyaturrohmah, salah satu penggagas Asosiasi Pengusaha Nasyiyatul Aisyiyah (APUNA), memiliki ruang yang luas untuk turut aktif di Nasyiatul Aisyiyah. Menurutnya, selama ini banyak yang berfikir bahwa NA hanya dipenuhi oleh mereka yang memiliki background sebagai pendidik atau PNS pada umumnya.
“Sebagai perempuan muda harus punya semangat perubahan. Para pengusaha NA punya potensi untuk aktif di NA. Mau petani, pengrajin, pedagang, juga bisaberperan aktif di NA khususnya khususnya dengan keberadaan APUNA ini,” tuturnya di acara Temu Asosiasi Pengusaha Nasyiyatul Aisyiyah (APUNA) di pelataran Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (25/8).
Ia pun menuturkan bahwa dengan adanya forum pengusana NA ini, mereka bisa saling bertukar informasi baik mereka yang baru ingin memulai usaha ataupun yang sudah lama berkecimpung di dunia wirausaha. Ada banyak hal yang nantinya bisa dikerjasamakan antar individu di dalam APUNA, sehingga para anggotanya bisa saling membantu dan mengembangkan usahanya lebih luas lagi.
“Dengan APUNA, kita bisa tahu apa yang bisa dilakukan dalam memulai usaha dan apa yang ingin dilakukan selanjutnya,” imbuh islamiyaturrohmah.
Ia pun menekankan bahwa APUNA sendiri berbeda dengan badan usaha milik NA lainnya seperti BMT, Koperasi dan lainnya. APUNA sendiri adalah jejaring pengusaha NA yang harapannya, para pelaku usaha di dalamnya juga bisa melakukan berbagai pemberdayaan di tempatnya masing-masing dengan mendampingi berbagai pelaku usaha kecil. Salah satunya adalah di daerah di mana tingkat pernikahan dini tergolong tinggi. Menurutnya, mereka yang mengalami pernikahan diri di daerah-daerah dnegan tingkat pendidikan rendah, cenderung memiliki kesulitan dalam ekonomi. Para pengusaha NA nantinya bisa membantu dalam memperkuat perekonomian melaui pelatihan serta workshop-workshop kecil demi menunjang skill mereka sekaligus memperluas cakupan gerakan NA.
“Di daerah dimana tingkat pernikahan dini tinggi, kita bisa menjadikan ini sebagai lahan dakwah dnegan memberdayakan mereka secara ekonomi. Mengapa? Karena tingkat pernikahan dini yang tinggi akan menciptakan angka kemiskinan yang baru,” ungkapnya (Th)