Musyawarah Muhammadiyah-Aisyiyah Selalu Teduh, Ini Rahasianya

Musyawarah Muhammadiyah-Aisyiyah Selalu Teduh, Ini Rahasianya

YOGYAKARTA, suaramuhammadiyah.id— Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Agung Danarto dalam sambutan pembukaan Tanwir III Nasyiatul Aisyiyah, di Islamic Centre Universitas Ahmad Dahlan, Kamis (25/8), membeberan beberapa rahasia tentang kondisi permusyawaratan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah yang berlangsung kondusif.

Agung menyatakan bahwa bagi warga Muhammadiyah, forum muktamar dan musyawarah di bawahnya, diposisikan sebagai ajang silaturahim dan ajang untuk kegembiraan serta penuh kekeluargaan. Permusyawaratan yang berlangsung dilakukan secara berkualitas dan dengan persiapan yang tidak instan.

Baca: Ribuan Peserta Ramaikan Pawai Ta’aruf Nasyiatul Aisyiyah

Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada tahun 2015 merupakan salah satu forum yang mendapat apresiasi luas dari public. Bahkan wapres Jusuf Kalla menyebut muktamar Muhammadiyah sebagai muktamar teladan. Menurut Agung, hal itu terjadi karena muktamar Muhammadiyah sudah dipersiapkan jauh-jauh hari secara bertahap. Sebagai contoh adalah terkait dengan arah dan program kerja yang sudah dipersiapkan melalui seminar pra muktamar, yang dilakukan sebanyak 18 kali di seluruh Indonesia dan melibatkan berbagai tokoh serta para ahli.

“Melibatkan seluruh perguruan tinggi, para pakar dan seluruh pimpinan daerah. Sehingga perdebatan mengenai program kerja di muktamar sudah selesai. Yang kedua, mengenai peserta muktamar, itu sudah diproses jauh-jauh hari. Tiga bulan sebelum muktamar pendaftaran peserta sudah ditutup,” tutur Agung.

Baca: Tanwir Nasyiatul Aisyiyah Agendakan Tiga Pleno Penting

Demikian halnya dengan pendaftaran peserta muktamar juga sudah dilakukan jauh-jauh hari secara detil. Lengkap dengan foto dan biodata para peserta sudah disetorkan kepada panitia SC (Steering Committe). “Ketika sidang tanwir, tinggal pengesahan pesertanya siapa saja,” ujar Agung Danarto.

Selain factor persiapan yang matang dan mantap, Agung menyatakan bahwa muktamar di Muhammadiyah sangat kondusif karena peranan para peserta yang memiliki kesamaan visi, semangat, dan niat untuk memberikan konstribusi bagi Muhammadiyah.

Baca: Amien Rais: Islam Tidak Ada Diskriminasi Antara Perempuan dan Laki-Laki

Karena  kesamaan visi itulah, para peserta muktamar tidak ada yang protes ketika ditempatkan di penginapan yang berbeda, misalnya, meskipun membayar SWP (Sumbangan Wajib Peserta) dan SWO (Sumbangan Wajib Organisasi) yang sama. Namun pada pelaksanaannya, penempatan ada yang di hotel, kampus hingga balai diklat. “Bukan berarti mereka tidak mengalami masalah, tapi semangat dan tujuannya adalah untuk bergembira dan silaturahim,” ungkap sekretaris PP Muhammadiyah ini (Ribas/Nisa).

Exit mobile version