NA Harus Responsif Terhadap Dinamika Lokal dan Global

YOGYAKARTA.suaramuhammadiyah.id-Sebagai organisasi perempuan muda berkemajuan, Nasyiatul Aisyiyah harus mampu merespon secara cepat tantangan-tantangan Global ataupun yang dihadapi di tingkat Lokal. Di antaranya bisa menilik sejumlah isu yang juga diangkat dalam Sustainable Millenium Development Goals (SDGs). Menurut Rahmawati Hussein, PhD, mantan sekretaris umum NA periode 2000-2004 ini menerangkan bahwa isu stereotype dan peran ganda perempuan bukan lagi menjadi konsen utama NA di masa kini.

“Perubahan zaman sangat cepat, indikator berkemajuan dalam NA harus berlandaskan orientasi masa depan dan pandai melihat isu untuk menjawab tantangan-tantangan masyarakat terkini. Baik Global ataupun lokal,” ucap Rahmawati yang juga peraih penghargaan Tokoh Inspiratif ‘Tangguh Award’ Tahun 2015 dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Hal tersebut diutarakan dalam forum Temu Tokoh Nasional sebagai rentetan acara Muktamar NA, di Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan, Kamis (25/8).

Oleh karena itu, cita-cita berkemanjuan ini harus diwujudkan NA generasi terkini melalui beberapa hal. Pertama, harus adanya tafsir baru gerakan NA. Yaitu bagaimana bagaimana memaknai peran perempuan bukan sebagai pihak yang subordinat, dengan secara aktif merespon isu-isu sosial masyarakat terkini.

“Apakah isu-isu global dan local seperti yang kita tahu dalam Sustainable Milenium Development Goals itu sudah menjadi konsen NA? kelangkaan SDA, Kesenjangan ekonomi, masalah demograsi dan kematian yang tingi, kelangkaan pangan? Sudahkan NA menaruh konsen terhadap isu tersebut?” tutur Rahmawati.

Selain itu, NA juga harus memiliki model gerakan yang dinamis, responsive, professional dan mampu memberdayakan masyarakat. Kegiatan NA harus bisa menyentuh bukan hanya tatanan anggota NA saja namun kepada lingkup kelompok masyarakat yang lebih luas.

“Untuk menjadi NA berkemajuan jangan sampai dampak gerakan dan kegiatan NA hanya bisa dirasakan oleh kalangan sendiri. Namun, di zaman yang seeba mudah dan semakin kompleks ini pemberdayaan NA harus sampai ke kelompok masyarakat luas. Maka karena itu, membangun jejaring yang luas snagat penting untuk menjawab kebutuhan ini,” lanjut Rahmawati.

Seringkali, menurut Rahmawati, kita terkungkung dalam budaya organisasi sebelumnya dan menghambat gerak langkah di masa selanjutnya. Karena itulah, Rahmawati pun menekankan bahwa NA harus memiliki pandangan outward looking dan mengembangkan budaya bekerja digemari di dalam gerakan NA.

“NA tidak boleh terjebak dalam budaya nostalgik, hanya melakukan apa yang dari dulu telah dijalankan dan tidak berinovasi. NA harus menanamkan budaya ikhlas professional, karena seluruh penggerak NA adalah sukarelawan namun professional,” tandas Rahmawati (Th)

Exit mobile version