YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah,- “Negeri ini tegak juga karena pengorbanan para Hizbul Wathan (HW), salah satunya adalah Jenderal Sudirman. Yang merintis bangsa ini adalah HW, maka HW juga harus mengelola kebangsaan ini” kata Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman dalam acara pelantikan Kwartir Pusat Hizbul Wathan Jum’at, 23 September 2016.
Dalam acara tersebut, Agus Taufiqurrahman yang menggantikan Ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, berharap HW dapat memunculkan jenderal-jenderal baru. Ia menekankan bahwa di negeri ini telah banyak professor, tetapi tidak semua yang menata bangsa ini adalah professor, oleh karena itu, perjuangan HW harus berlanjut terus.
Ramanda dan ibunda senior HW juga harus mewariskan semangat patriot pada anggota HW muda. Seperti yang diketahui, HW sejak dahulu dapat membangun spirit yang luar biasa dan energi itulah yang harus diterjemahkan untuk era sekarang ini melalui kader-kadernya.
Menariknya, anak-anak HW yang menyiapkan acara pelantikan di Gedung Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cikditiro tersebut sebagian besar berasal dari sekolah-sekolah non Muhammadiyah. Agus Taufiqurrahman menilai hal tersebut sebagai masa depan yang baik, dimana tingkat militansi kader HW yang berada dari luar sekolah Muhammadyah tidak dapat diragukan lagi.
“Militansinya pasti lebih jelas, karena kompleks yang dikuasai orang lain saja mereka (HW) bisa hidup,” kata Agus Taufiqurrahman.
Menanggapi hal itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah tersebut juga meminta, selain anak-anak yang di sekolah Muhammadiyah tetap dijaga, kader HW yang berasal dari luar sekolah Muhamamdiyah juga harus difasilitasi untuk mengenal spirit HW.
Karena problem yang kemudian muncul hanya satu, yaitu jika HW kehilangan semangat terlebih apabila kehilangan spirit kekompakan. Hal inilah yang harus dijaga agar gerakan HW dapat lebih nyata. Sehingga lagu yang dinyanyikan, bahwa HW berkembang di seluruh penjuru nusantara dapat terwujud.
Pasca muktamar ini, Muhammadiyah harus menghadirkan mercusuar di kota-kota dimana Indonesia dikenal, maka Muhammadiyah harus tampil disitu, pun demikian halnya HW.
Agus Taufiqurrahman kemudian mengambil contoh Bali, sebagai salah pintu Indonesia. Dimana didaerah tersebut sedang diusahakan agar Muhammdiyah setidaknya memiliki bangunan monumental. Selain itu, agar ada sekolah Muhammadiyah unggulan serta HW uggulan di Bali ataupun kota-kota lainnya.
Pada akhirnya, sesuai cita-citanya, Muhamamdiyah akan berada diseluruh penjuru tanah air. Di daerah perbatasan, dipusat-pusat kota, dimanapun orang mengenal Indonesia, maka Muhamamdiyah akan disebut.
Terahir, Agus Taufiqurrahman juga menyebut HW sebagai ortom yang unik. Hal ini karena HW memiliki radius segmentasi yang sangat luas, dimana laki-laki dan perempuan, pelajar dan alumni bisa masuk. Sehingga, HW seharusnya bisa menjadi ortom yang memiliki kekuatan megapower (Bela Fataya Azmi).