JAKARTA, Suara Muhammadiyah—Dalam iklim perpolitikan yang gaduh, masyarakat akar rumput banyak yang kebingungan dan menunggu ‘fatwa’ dari para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang mereka percayai. Sikap resmi organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah juga ditunggu-tunggu. Namun, Muhammadiyah sebagai kekuatan civil society telah menegaskan tidak akan ikut campur lebih jauh dalam hal pesta demokrasi, terlebih dalam urusan dukung-mendukung kandidat tertentu. Muhammadiyah memegang erat prinsip high politik, bukan politik praktis.
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti memberikan empat tausiyah atau nasehat bagi para pasangan calon (paslon) yang berlaga di Pilkada serentak 2017 nanti. Tausiyah dan harapan tersebut disampaikan Sekjen PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti di di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, Kamis (13/10).
“Pertama, kami mengimbau, marilah para kandidat bersaing secara ksatria, dewasa. Mereka harus menyadari betul bahwa pemilihan itu mekanisme untuk rakyat bisa memilih pemimpin yang terbaik bagi daerah,” tuturnya.
Kedua, Abdul Mu’ti mengingatkan, semua calon agar mengedepankan persaingan yang edukatif. Artinya, para kontestan harus menawarkan program-program yang realistis kepada masyarakat. Program tersebut disampaikan secara terbuka dengan pemaparan yang baik, sistematis, logis dan komprehensif. Para kandidat mengedepankan adu program dan menghindari saling menjatuhkan.
“Programnya ini, pelaksanaanya begini, duitnya dari sini, manfaatnya ini. Itu harus clear. Selama ini hanya banyak yang membuat slogan. Misalnya bebas banjir. Tapi caranya bagaimana, tidak (dijelaskan secara detail). Semua calon menjanjikan bebas banjir, bebas macet. Tapi ternyata banjir lagi, macet lagi walau gubernur sudah berganti,” urainya.
Ketiga, setiap calon harus memiliki kesiapan untuk menang dan terutama kalah kalah. Hal ini dianggap penting bagi para kandidat dan para pendukung atau simpatisan pasangan calon. Kesiapan untuk menang dan kalah merupakan bagian dari proses demokrasi yang santun.
Terakhir, Abdul Mu’ti mengingatkan supaya siapapun menjalankan proses demokrasi yang sejuk dan sehat. Tidak menghalalkan segala cara, termasuk tidak menggunakan politik uang. “Keempat, hindari money politic dan pernyataan bernada kebencian kepada pihak lain,” pungkas Abdul Mu’ti (Ribas).