TANGERANG, Suara Muhammadiyah—Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr H Abdul Mu’ti menyatakan bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi Islam Berkemajuan harus berani melakukan pembaharuan yang kreatif dan melampaui zaman, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan peradaban. Buah dari pembaharuan dan kepeloporan Muhammadiyah yang kreatif dan distigtif di abad pertama telah banyak dinikmati oleh bangsa Indonesia.
“Para pemikir Muhammadiyah harus berani kreatif dalam ilmu pengetahuan dan peradaban. Keadaban itu tidak bisa lepas dari perilaku, jadi secara perilaku sudah tampak jika seseorang itu dapat dikatakan sebagai orang Muhammadiyah,” tutur Abdul Mu’ti dalam acara FGD Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (FPM), di Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT), Sabtu (29/10).
Mu’ti mengharapkan supaya penafsiran kreatif Muhammadiyah terus tumbuh. Karena amal usaha Muhammadiyah juga lahir dari hasil penafsiran kreatif atas dalil-dalil naqli. “Menyingkirkan duri di jalan itu sodaqoh. Tapi pikiran kreatif dapat menafsirkannya sebagai misalnya menyingkirkan penghalang bagi orang agar bisa kuliah di PTM/PTA itu sodaqoh. Kita butuh penafsiran kreatif atas dalil-dalil naqli sehingga menjadi kekhasan Muhammadiyah,” ujarnya.
Terkait dengan penyelenggaraan FGD, Abdul Mu’ti menyampaikan bahwa Filsafat Pendidikan Muhammadiyah (FPM) yang diselenggarakan oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah bekerjasama dengan UMT itu, dapat memberi pondasi teologis dan ideologis, sehingga karakter Muhammadiyah menjadi distingtif dibanding yang lainnya.
“Dalam FPM, Muhammadiyah butuh semacam integration of knowledge untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan khususnya pada ranah naqliyyah. Ilmu tidak boleh tercerabut dari sumber ilmu, karena sumbernya adalah Allah. FPM perlu memahami peradaban Islam dengan baik,” kata Mu’ti (Ribas).