JAKARTA, Suara Muhammadiyah—Kebijakan Presiden Joko Widodo bersilaturahim dengan pimpinan salah satu partai politik Prabowo Subianto, para awak media, hingga pimpinan organisasi Islam Muhammadiyah, MUI dan NU mendapat apresiasi dari public. Pertemuan dengan Muhammadiyah, MUI dan NU menunjukkan bahwa Jokowi melibatkan para tokoh agama dan pemimpin umat dalam penyelesaian masalah bangsa. Terlebih ormas besar ini dikenal sebagai gerakan civil society yang menjadi penyeimbang pemerintah. Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menyarankan Presiden Joko Widodo tidak hanya bertemu dengan tiga institusi itu saja. Namun juga bertemu dengan pimpinan ormas Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, terkait dengan rencana aksi 4 November. Saran tersebut disampaikan Mu’ti secara langsung pada Jokowi di sela-sela pertemuan antara Presiden dengan para ulama dari MUI, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Istana Merdeka, Selasa (1/11). “Saya tadi sempat membisikkan ke beliau, sebaiknya Presiden juga bersilaturahmi ke Habib Rizieq sebagaimana beliau sudah bersilaturahmi ke Prabowo,” tuturnya. Saran dari Abdul Mu’ti itu ternyata ditanggapi ringan oleh Presiden Jokowi. “Beliau (Presiden) mengatakan, ‘oh begitu ya pak’,” kata Mu’ti. Sebagai seorang negarawan, kata Mu’ti, Jokowi sebaiknya memang melakukan silaturahmi dengan pimpinan FPI. Hal itu untuk mendinginkan suasana. Sehingga lebih mudah dalam penyelesaian kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok beberapa wakltu lalu. “Beliau itu negarawan yang melihat kepentingan bangsa ini jauh lebih penting dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan,” tutur Mu’ti yang ikut serta dalam rombongan Pimpinan Pusat Muhammadiyah memenuhi undangan Presiden Jokowi di Istana Negara, Selasa, 1 November 2016 (Ribas).