PEMALANG, Suara Muhammadiyah- Bentuk jiwa relawan yang tangguh, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah menggelar operasi darurat bencana dalam latihan gabungan relawan Muhammadiyah se-Jawa Tengah 25-27 November 2016 di Moga Pemalang.
“Relawan Muhammadiyah harus tangguh. Mereka harus terus menerus digembleng melalui berbagai latihan. Ini penting untuk membentuk karakter relawan yang sesungguhnya” tutur Naibul Umam Ketua MDMC Jawa Tengah. Ia pun menjelaskan bahwa latihan gabungan ini diadakan setiap dua tahun sekali sejak tahun 2010. Sedangkan Latgab tahun ini diadakan untuk yang keempat kalinya dan diikuti oleh lebih kurang 450 orang.
Menurut Fathul Faruq selaku Direktur Latgab menyebut bahwa latihan gabungan ini diikuti oleh relawan dengan kualifikasi kemampuan di bidang SAR (Search And Rescue), Medis, Psikososial, Dapur Umum dan Manajemen Posko.
“Mereka harus digembleng dengan keras dalam situasi dan kondisi yang serba terbatas untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Kesuksesan operasi darurat bencana sangat ditentukan oleh kerjasama antar relawan dari berbagai kualifikasi tersebut”.
Latihan gabungan ini menguji pengetahuan dan keterampilan relawan Muhammadiyah dalam menyelesaikan tugas operasi pesawat jatuh, banjir bandang dan tanah longsor di tiga lokasi yang berbeda. Latihan gabungan diskenariokan seperti pada kejadian yang sesungguhnya dengan mendatangkan “pengungsi” dan “korban” dari warga setempat.
Dari pantauan langsung di lapangan selama pelaksanaan latihan gabungan ini seluruh peserta tidak diperbolehkan mengaktifkan handphone.
“Kami mengskenariokan bahwa semua lokasi operasi ini tidak ada sinyal handphone sama sekali. Seluruh komunikasi dalam operasi ini menggunakan radio amatir. Jika terjadi hal-hal emergensi sudah kami siapkan telepon satelit”. Operasi darurat bencana terbagi dalam beberapa lokasi di desa Cempaka Wulung dan desa Banyumudal kecamatan Moga.
Latihan gabungan juga melibatkan rumah sakit PKU Muhammadiyah Moga sebagai rumah sakit rujukan “korban” bencana. Beberapa pengunjung rumah sakit dibuat kaget ketika beberapa mobil ambulance mengantar pasien. Beberapa diantaranya “tertipu” karena dikira itu pasien sungguhan.
Salah seorang pengunjung yang tidak bersedia disebutkan namanya mengaku terkaget-kaget ketika dari ambulance keluar pasien dengan luka-luka tertusuk batang kayu di perut. “awalnya saya kira itu sungguhan ternyata sedang ada latihan”.
Menurut penuturan dokter Mohammad Maezi yang menjadi pengawas dan pengendali latihan mengatakan bahwa dalam latihan seperti ini harus disiapkan “korban” sebagaimana kejadian sesungguhnya untuk menguji seberapa tingkat pengetahuan dan ketrampilan peserta menangani korban. Bahkan termasuk petugas medis rumah sakit juga harus siap menerima korban bencana di tengah-tengah kesibukan layanan harian”
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini selalu diguyur hujan. Namun demikian tidak menyurutkan antusias dan semangat relawan untuk berlatih dengan sungguh-sungguh (NU).