Dialog Antar Agama Sebagai Konsep Perdamaian

Dialog Antar Agama Sebagai Konsep Perdamaian

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Dialog antar agama merupakan konsep perdamaian yang bagus, yang bisa dilakukan dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini karena dalam dialog antar agama tersebut, antar umat beragama dituntut untuk bisa saling memahami dan menghormati keyakinannya masing-masing.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Dr Mohd Hisham Mohd Kamal dari International Islamic University of Malaysia dalam sesi 5 Mahathir Global Peace School (MGPS) ke 5 di Ruang Sidang Utama Gd. Ar. Fahrudin A lt.5 pada Rabu (30/11). Pakar Hukum ini menjelaskan Tentang bagaimana perspektif Islam dalam melihat perdamaian dan dialog antar agama.

Dalam agama Islam sendiri, menurut Hisyam, Al Qur’an telah memerintahkan umatnya untuk menyebarkan Islam melalui Al-Qur’an Surah Yusuf ayar 108. Namun penyebaran tersebut juga harus dilakukan dengan kebijaksanaan dan dakwah yang baik. Sebab ada larangan juga untuk memaksa non-muslim untuk memeluk Islam. Dalam situasi non-muslim yang tidak bersedia masuk Islam, umat Islam harus menganggapnya sebagai rekan berinteraksi. Pandangannya juga jangan ditolak mentah-mentah dan jangan diremehkan.

Islam juga menganjurkan penggunaan kata-kata yang baik dalam penyebaran dakwahnya. Seperti dalam  hadist, “Sebarkanlah walau hanya satu ayat” yang mengisyaratkan kepada umat Islam untuk menyampaikan perkara agama walaupun itu kecil. Namun dalam berdakwah, tidak dianjurkan untuk menggunakan kata-kata kasar untuk menghina kepercayaan non-muslim.

Melalui dialog antar agama itulah, menurut Hisyam, antar penganut agama bisa saling memahami dan menghormati ajaran dan keyakinan agama lain.  “Dialog antar agama dilakukan oleh orang-orang  dari agama yang berbeda yang bekerjasama dan berinteraksi untuk dapat menciptakan pemahaman yang sama dan saling menghormati. Dialog ini diadakan dalam konteks individual, kelompok dan institusional. Dilakukan antartetangga, di sekolah dan di tempat kerja. Bisa dilakukan formal maupun informal. Dan dialog antar agama ini menjadi konsep yang bagus untuk menciptakan perdamain,” ungkapnya.

Namun demikian, Dialog antar agama harus dipersiapkan secara matang dan harus dijelaskan dengan baik dengan peserta. “Peserta dialog harus menghormati pendapat peserta lain. Mereka harus bertoleransi dan membela hak yang lain. Mereka juga harus menyambut baik kebaikan yang disampaikan oleh agama lain. Yang paling menantang dari dialog antar agama ini yaitu  jika pendekatannya tidak bijak, peserta dapat terbagi menjadi beberapa kelompok. Untuk alasan ini, hal ini lebih baik untuk melakukan dialog dengan topik yang umum dibicarakan untuk segala agama,” ujarnya.

“Dialog antar agama bukanlah hal untuk mengubah agama yang lain menjadi agama kita. Hal ini juga bukan tempat untuk  berdebat, menyerang, menyanggah agama yang lain. Setiap kelompok agama meyakini keyakinannya masing-masing sekaligus menghormati hak-hak agama lain untuk mempraktekkan keyakinannnya secara bebas. Hal ini merupakan sebuah usaha untuk mengatasi atau mencegah ketegangan diantara kelompok kelompok agama, maka tercipta perdamaian diantara kelompok agama yang berbeda,” tambahnya (bagas).

 

Exit mobile version