YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia mengatakan bahwa dibandingkan dengan negara-negara lainnya di seluruh belahan bumi, Indonesia masih dianggap membawa kabar baik dalam isu kekerasan dan radikalisme agama.
“Ini persoalan global. Indonesia masih membawa kabar baik dibanding negara-negara lain,” kata Alisa dalam diskusi publik ‘Sosialisasi Hasil Survei Persepsi Orang Muda dan Pemetaan Internet-Sosial Media, Tentang Radikalisme dan Ekstremisme di Indonesia’ bertempat di Gedung University Club, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu (14/12).
Alisa mengingatkan bahwa fakta Indonesia lebih baik itu jika dikaitkan dengan realitas meningkatnya kelompok-kelompok ekstrem global. Seperti tindak kekerasan dan diskriminasi yang dilakukan terhadap minoritas di berbagai tempat.
Menurutnya, sentimen agama sering dijadikan alasan untuk tindakan-tindakan kekerasan. “Pelaku kekerasan ada di setiap kelompok,” ujarnya. Seperti kelompok Budha di Myanmar, kelompok Hindu di India dan kelompok muslim di Bangladesh-Pakistan, hingga persolan islamophobia di Eropa dan Amerika Serikat.
Namun jika dibandingkan realitas bangsa hari ini dengan Nusantara di masa lalu, kata Alisa, Indonesia perlu untuk berbenah diri. Alisa berharap segenap warga negara Indonesia melihat kondisi Indonesia di masa lalu yang terkenal sebagai masyarakat yang ramah dan sangat toleran.
“Kita sering membanggakan kebhinnekaan dan keragaman di Indonesia. Tetapi kita sering sekali menerima tantangan-tantangan dan tindakan-tindakan intoleransi,” tutur Alisa.
Atas kondisi carut marut dunia selama ini, Alisa mengajak untuk mencermati realitas umat beragama di Indonesia saat ini, demi untuk menyelamatkan masa depan bangsa yang lebih baik. “Kita perlu menengok dan mencari tahu ke mana kita menuju,” ujar Alissa (Ribas).