YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Maraknya berbagai kasus yang muncul mengenai efek dari kurangnya pendidikan kesehatan reproduksi di Indonesia seperti meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, pernikahan dini, serta penyakit-penyakit reproduksi lain menjadi tantangan tersendiri untuk mewujudkan Indonesia sehat melalui peningkatan layanan kesehatan. Melalui program MAMPU, Pimpinan Pusat Aisyiyah telah berhasil membangun beberapa wilayah dan daerah di Indonesia untuk peduli terhadap kesehatan reproduksi.
Sebagai bagian dari usaha-usaha yang dilakukan PP Aisyiyah dalam mengedukasi masyarakat memberikan peningkatan layanan kesehatan, Aisyiyah bekerja sama dengan Universitas Aisyiyah (UNISA) menyelenggarakan Talkshow bertajuk “Film Bangun Generasi Melek Kesehatan Reproduksi”.
Tampil sebagai narasumber yaitu Sekretaris PP Aisyiyah Tri Hastuti Nur Rochimah, Sutradara Film “Siti” Edi Cahyono, serta Kaprodi Komunikasi UNISA Mega Ardina. Acara yang berlangsung Sabtu (17/12) di Ruang Hall 4 Prof. Siti Baroroh Baried ini dimoderatori oleh Rosa Kusuma Azhar, Presenter TVRI. Dalam acara tersebut hadir pula Dessy Mutialim, salah satu inisiator Program MAMPU.
Siti Noordjanah Djohantini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah dalam pembukaan talkshow mengatakan bahwa isu kesehatan reproduksi masih menjadi masalah penting di Indonesia. Kesehatan reproduksi bukan hanya urusan perempuan tetapi juga urusan semua insan.
“Kesehatan reproduksi masih menjadi problem di negara kita. Tidak hanya urusan perempuan, namun urusan semua insan yang menginginkan kehidupan menjadi lebih baik. Berbicara kespro adalah berbicara mengenai kemuliaan laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, kesehatan reproduksi menjadi tanggung jawab kita semua,” tuturnya.
Berbicara tentang kesehatan reproduksi sejatinya bukan hanya berbicara tentang faktor biologis. Namun berbicara mengenai kultur serta mengenai relasi antara laki-laki dan perempuan. Demikian diungkapkan oleh Tri Hastuti, selaku narasumber. Tri mengambil contoh mengenai tingginya angka HIV/AIDS pada ibu rumah tangga karena relasi yang tidak setara antara suami dan istri dalam rumah tangga.
“Berbicara mengenai kesehatan reproduksi adalah berbicara mengenai kultur. Masyarakat kita sebagian masih menganggap tabu mengenai pendidikan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, kita perlu membongkar kebisuan,” terangnya.
Senada dengan hal tersebut, Mega Ardina menagatakan bahwa peran komunikasi menjadi sangat penting dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi. Media mempunyai peran penting dalam mengkampanyekan kesehatan reproduksi. Hal ini karena informasi yang disampaikan media berpengaruh besar terhadap publlik.
Dalam pemaparannya, Edi Cahyono mengungkapkan bahwa cerita merupakan kekuatan dari film. Lahirnya film Siti, menurut Edi, terinspirasi saat ia membaca berita tentang kematian perempuan usia 18 tahun yang bekerja sebagai pemandu karaoke. “Saya bertanya kepada diri saya, sebetulnya hidupnya untuk siapa?” Kemiskinan, tambah
Edi, membuat orang dapat melakukan apapun untuk bertahan hidup. Ke depan, Edi juga mengusulkan agar diselenggarakan Kompetisi Film tentang kesehatan reproduksi. Di penghujung acara, diumumkan pemenang kompetisi video yang diselenggarakan oleh kerjasama PP Aisyiyah dan UNISA (Yusri).