• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Selasa, Juli 8, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Ekstremisme Muncul Sebagai Konsekuensi Dilupakannya Konsep Wasathiyah

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
23 Desember, 2016
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Ekstremisme Muncul Sebagai Konsekuensi Dilupakannya Konsep Wasathiyah
Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Salah satu penyebab atau konsekuensi terhadap dilupakannya konsep wasathiyah atau tengahan dalam seluruh aspek kehidupan menurut salah satu ulama terkemuka Indonesia yaitu Buya Hamka adalah munculnya ekstremisme. Di samping itu, ekstremisme yang sering kali muncul tersebut juga disebabkan karena pemikiran-pemikiran Islam Indonesia belum mampu menembus hingga tatanan grass root.

“Wasathiyah adalah salah satu aspek tamaddun (peradaban) Islam yang seringkali dilupakan oleh umat Islam itu sendiri. Menurut Hamka, tamadun Islam itu adalah tamaddun wasathiyah,” ungkap Prof Khairuddin Al-Junied Associate Professor National University of Singapore dalam diskusi rutin bersama redaksi Suara Muhammadiyah, Jum’at (23/12).

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

“Dilupakannya konsep wasathiyah dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam telah melahirkan ekstremisme. Hamka telah berbicara hal ini sejak 60 tahun yang lalu, namun hari ini masih tetap ada,” lanjutnya.

Namun, di lain sisi, Aljunied menyebutkan bahwa selain religious extremism atau ekstremisme agama yang juga berbahaya dan harus diwaspadai adalah Secular Extremism. Di mana agama dikatakan tidak lagi mempunyai tempat di dalam kehidupan manusia.

“Hamka juga mengatakan bahwa bukan hanya religious extremism yang penting untuk kita waspadai namun juga yang juga berbahaya yaitu secular extremism,” lanjutnya.

Baca juga: Ikhtiar Menjadi Umat Moderat

Lebih jauh, Aljunied menyebutkan bahwa Hamka menjelaskan akan penyebab semakin meluasnya sekularisme di kalangan umat Islam pada di kala zamannya adalah karena maraknya literature Barat yang dibaca tanpa adanya filter. Sedangkan di era terkini, semakin terbukanya akses informasi salah satunya dengan keberadaan internet, menyebabkan generasi muda banyak mempelajari Islam secara mandiri melalui dunia maya.

“Di zaman kita ada yang disebut dengan Syaikh Google. Secular Extremism ada karena keberadaan internet. Dengan mempelajari Islam melalui dunia maya tanpa panduan orang tua mereka, mereka menyimpulkan berbagai hal, ini sangat berbahaya. Mereka tidak lagi akan melihat kita sebagai sumber belajar ajaran Islam,” katanya.

Hamka, terang Aljunied, menjelaskan bahwa dalam Secular Extremism mereka hanya bersandar kepada akal dan ilmu pengetahuan saja sebagai tolak ukur dalam melihat agama Islam.

“Hal ini ada di zaman Hamka dan juga di zaman kita. When science becomes god,” tukasnya.

Dalam diskusi yang mengangkat tema Hamka and Wasathiyah in the Islamic Civilization, Aljunied pun mengatakan bahwa yang menjadikan sosok Hamka sebagai pemikir yang wasathiyah bahkan kosmopolitan adalah kemampuannya dalam menyerap gagasan-gagasan dari berbagai pemikir termasuk dari cendekiawan barat dan filusuf Yunani.

Kiranya, 116 buku telah ditelurkannya dan ribuan tulisan dalam bentuk artikel milik Hamka telah dipublikasikan. Wasathiyah menurut Hamka bukan hanya dalam pemikiran tapi juga dalam segala hal. Beberapa katakter Wasathiyah menurut Hamka pun dijelaskan oleh Aljunied ke dalam 5 point utama yaitu; Wasatiyyah dalam pemikiran, Wasatiyyah dalam ranah ibadah, Wasatiyyah dalam hal persaudaraan, Wasatiyyah dalam Perlakuan terhadap Wanita dan Wasatiyyah dalam kepatuhan.

Baca juga: Ini Lima Konsep Wasatiyyah Hamka Menurut Professor NUS

“Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengembalikan pemikiran wasathiyah. Di sinilah bagaimana peran Suara Muhammadiyah sebagai yang melahirkan pemikiran-pemikiran baru di nusantara ini. Termasuk bagaimana nantinya melestarikan pemikiran-pemikiran Hamka melalui cara yang berbeda,” tandasnya (Th).

Tags: HamkamuhammadiyahWasathiyah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Hari Bermuhammadiyah Binjai Selatan

Hari Bermuhammadiyah Binjai Selatan

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In