YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Dalam rangka menambah wawasan dan meningkatkan nasionalisme para peserta Tanwir Muhammadiyah tentang konsep bela negara, Suara Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menyelenggarakan Seminar Bela Negara. Acara yang mengusung tema “Urgensi Bela Negara demi Masa Depan NKRI” itu akan dilangsungkan pada Jumat 24 Februari 2017, di Gedung Ashari Alfatah, Jl. Sultan Babullah No 2, Ambon.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, MSi dijadwalkan akan memberi pengantar dalam seminar yang akan diikuti oleh sekitar 200 peserta itu. Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu didaulat sebagai keynote speaker. Sementara Eko Sulistyo, SS MA dan Laksamana Pertama M. Faisal, SE, MM akan menjadi pembicara utama dalam acara yang dimoderatori oleh Ahmad Mu’arif, SPdI MPdI itu.
Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah Deni Asy’ari berharap acara ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan wawasan dan kepekaan sosial bagi masyarakat umum tentang pentingnya bela negara serta ancaman konflik sosial-politik serta menyukseskan pembangunan nasional berbasis Pancasila.
Menurut Deni, para founding fathers negara ini telah berjuang dan mengerahkan segenap upaya demi mencapai kemerdekaan bangsa. Mereka juga telah mencapai titik temu untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar bersama dalam menjalani kehidupan berbangsa. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika di kemudian hari semangat perjuangan membela tanah air justru luntur di benak penerus bangsa.
“Amatlah disayangkan apabila kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini justru jauh dari penghayatan dan pengamalan Pancasila secara baik dan benar. Indonesia justru terkoyak dari dalam, berbagai pertikaian menorehkan luka dan menciderai rakyat,” tutur Deni.
Deni mencontohkan kemunculan gerakan yang mengusung isu etnonasionalis yang menggaungkan gagasannya di dalam lingkup regional seperti Aceh (GAM), Papua (OPM), Maluku (RMS Baru), hingga gerakan yang sporadis seperti—yang seakan—ditampilkan oleh NII. Konflik-konflik tersebut sering kali muncul dengan mengedepankan permasalahan politik, etnik, ekonomi hingga agama.
Parahnya lagi, ujar Deni, alih-alih mewarisi semangat Pancasila, generasi muda sekarang justru banyak yang terjebak dan bahkan ikut-ikutan melestarikan semangat zaman Kalabendu yang sarat kekacauan dan membumbui kehidupan mereka dengan sentimen negatif antar sesamanya.
“Jika nilai-nilai yang akrab dengan kekacauan semakin tampak pada generasi muda, maka bukan tidak mungkin Negara Kesatuan Republik Indonesia akan segera punah. Untuk menanggulangi keburukan-keburukan semacam itu, dibutuhkanlah suatu semangat bela negara yang kongkrit yang pada gilirannya dapat diterapkan secara menyeluruh,” ungkap Deni.
Suara Muhammadiyah sangat menyadari bahwa penanaman kembali semangat Pancasila dan bela negara kepada generasi muda adalah suatu hal yang sangat penting. Dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila, maka kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik dan benar dapat tercapai, begitu juga dengan semangat bela negara.
Atas pertimbangan itu, Suara Muhammadiyah akan menggelar acara seminar nasional bertajuk “Urgensi Bela Negara demi Masa Depan NKRI” di tiga kota yang berbeda, yaitu Ambon, Yogyakarta, dan Jakarta.
“Selain memberikan wawasan dan mengaktifkan kembali ingatan kita tentang masa lalu kita sekaligus sosialisasi pembinaan usaha bela negara, acara ini juga dapat digolongkan sebagai usaha kita dalam bercermin dan koreksi diri yang merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama jika kita ingin merealisasikan konsep yang terkandung dalam Pancasila,” kata Deni. (Ribas)