AMBON, Suara Muhammadiyah– Sehari menjelang pelaksanaan Tanwir Muhammadiyah yang direncanakan pada tanggal 24-26 Februari 2017, Suara Muhammadiyah bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelenggarakan Seminar Nasional Ekonomi Syariah dengan tema “Arah dan Kebijakan Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia”.
Seminar yang dilaksanakan di Gedung Ashari Ambon ini digagas dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat dan para pelaku bisnis di sektor syariah mengenai perkembangan terkini ekonomi syariah di Indonesia dan peluang serta potensi inspenstasi maupun bisnis ekonomi syariah dan lembaga jasa keuangan di daerah.
Seminar dihadiri oleh kurang lebih 200 peserta terdiri dari unsur Majelis Ulama Indonesia (MUI), Yayasan Pendidikan Islam, Perguruan Tinggi Islam, Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), pimpinan Muhammadiyah, para pelaku bisnis syariah di lembaga jasa keuangan maupun sekto riil dan para pengiat ekonomi syariah yang di Provinsi Maluku.
Diawali dengan sambutan dari Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Yunahar Ilyas, yang mengapresiasi seminar nasional ini sebagai rangkaian acara Tanwir Muhammadiyah dan upaya untuk menumbuhkan perekonomian yang berbasis syariah di Maluku, acara dilanjutkan dengan keynote speech dari OJK Pusat.
Dalam kesempatan tersebut, Yunahar mengatakan di Indonesia jangan sampai hanya satu etnis atau satu agama yang berkuasa dalam bidang ekonomi. Bagaimana jalan keluar dan terobosan untuk menanggulangi tidak meratanya kesejahteraan ekonomi, apalagi kesenjangan ekonomi masih sangat tinggi yang ini akan menyebabkan kesenjangan sosial di masyarakat. “Kesenjangan-kesenjangan tersebut jangan sampai terjadi,” kata Yunahar.
Persoalan ekonomi umat, lanjut Yunahar adalah persoalan yang kompleks, menurutnya umat Islam perlu terus menggerakkan daya saing ekonomi syariah di Indonesia. “Mudah-mudahan ke depan perkembangan ekonomi syariah kita terus meningkat”, ujarnya.
Sementara itu, Kepala Departemen Perbankkan Syariah OJK, Ahmad Sukro menyampaikan bahwa ekonomi Islam perkembangan global menunjukkan pertumbuhan dan peran yang semakin besar. Tahun 2015 aset keuangan syariah secara global sebesar USD 2 triliun dan predisi tahun 2001 meningkat sebesar USD 3,5 triliun. Namun, Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia baru mampu menempati urutan ke 9 dalam top 10 islami financial asset.
Meski demikian, diyakini Indonesia memiliki potensi sangat besar, bersama dengan Uni Arab Emirates (UAE), Kuwait, Bahrain dan Qatar, Indonesia dikelompokkan sebagai emerging leaders yakni negara-negara memiliki potensi besar dan mempengaruhi keuangan syariah global.
Secara statistik industri keuangan syariah Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan yaitu 29,65% selama tahun 2016 dari sebelumnya 19,94% pada tahun 2015. Khusus perbankkan tahun 2016 meningkat 20,3% sehingga Share total asset perbankkan syariah terhadap perbankkan nasional mencapai 5,33%.
Sementara di Maluku pada saat ini terdapat 2 kantor cabang bank syariah dengan 2 kantor cabang pembantu syariah dalam waktu dekat jumlah bank syariah akan bertambah dengan kehadiran 1 kantor cabang bank syariah baru. Total asset perbankkan syariah di provinsi maluku tumbuh sebesar 13,35% dari Rp. 436,19 miliar menjadi Rp. 494,41 miliar dibulan desember 2016.sementara total pembiayaan perbankkan syariah sebesar Rp. 109,27 miliar atau tumbuh 13,23% dan dana pihak ke 3 Rp. 354,95 miliar atau tumbuh 12,98% dibandingkan tahun 2015. (Ed-Rbs)