MALANG, Suara Muhammadiyah- Menjelang sidang Tanwir Muhammadiyah yang akan dihelat pada (24/2) hingga (26/2) di Ambon, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2015 Din Syamsuddin meminta agar Muhammadiyah menjadi solusi melalui jalan moderat. Din menekankan pentingnya memperteguh watak gerakan Islam moderat Muhammadiyah di tengah pergulatan ideologi-ideologi dunia.
“Belakangan, dunia tengah dihadapkan pada situasi yang oleh sebagian pengamat disebut sebagai great disruption atau gangguan besar. Terutama karena adanya kerusakan-kerusakan yang bersifat akumulatif dalam kehidupan dunia. Baik kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketidakadilan, kesenjangan, sampai kekerasan dalam segala bentuknya termasuk juga kegoncangan cultural tsunami atau banjir budaya,” terang Din Syamsuddin dalam Seminar Pra Tanwir yang digelar di Auditorium BAU UMM pada Rabu (22/2).
Menurut Din, perang ideologi yang mengejawantah pada perang budaya adalah situasi yang niscaya terjadi, termasuk dalam internal sebuah agama. Terutama terkait dengan perbedaan pemahaman tentang adanya ajaran-ajaran beragama yang melahirkan madzhab-madzhab maupun aliran-aliran yang berbeda.
“Adalah karena kitab suci, termasuk Al Qur’an, menurut saya, memiliki watak ambivalen. Yakni ayat-ayatnya dapat ditafsirkan. Ada ayat-ayat yang cenderung ditafsirkan dalam konteks yang positif, dan juga ada ayat-ayat yang cenderung dipahami secara negatif,” pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Din berpesan bahwa sebagai organisasi masyarakat Islam yang mendeklarasikan diri sebagai gerakan washatiyah, Muhammadiyah diharapkan mampu memberikan solusi leat jalan-jalan moderat atau konstitusional, bukan jalan yang ditempuh oleh gerakan ekstrimis-ekstrimis Islam.
Menyinggung pelaksanaan sidang Tanwir Muhammadiyah yang mengangkat tema “Kedaulatan dan Keadilan Sosial Menuju Indonesia Berkemajuan”, Din berharap agar warga Muhammadiyah tetap pada pemahaman Islam moderat yang selama ini dinilai sudah baik. (Amri/Yusri).