KUDUS, Suara Muhammadiyah- Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah menggelar pelatihan fasilitator Jitupasna (pengkajian kebutuhan pasca bencana) pada Jumat-Minggu (3-5/3) di Kudus. Jitupasna merupakan bagian penting dari tahapan penanggulangan bencana terutama pada fase status siaga darurat ke pemulihan. Setelah kejadian bencana maka dilakukan upaya untuk menghitung kerusakan dan kerugian. Juga dilakukan penghitungan terhadap gangguan akses dan fungsi serta meningkatnya risiko yang terjadi. Pengkajian kebutuhan ini menggunakan metode DaLA (demage and losses assessment) dan HRNA (human recovery needs assessment). Kedua metode tersebut yang kemudian menjadi dasar untuk penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi MDMC Jateng, Yocki Asmoro mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan pelatihan jitupasna yang kedua kalinya. “Pelatihan Jitupasna ini merupakan pelatihan kedua. Pelatihan yang pertama kami adakan di Tegal bulan lalu. Melalui pelatihan ini kami berharap relawan Muhammadiyah tidak sekedar berkutat pada urusan tanggap darurat pada saat kejadian bencana semata tetapi juga harus memperhatikan upaya penanganan pasca bencana”, imbuhnya.
Sementara itu, Ketua MDMC Jawa Tengah, Naibul Umam menekankan pentingnya pelatihan ini mengingat meningkatnya intensitas bencana di Jawa Tengah. Sebagaimana diketahui kejadian bencana di Jawa Tengah akhir-akhir ini mengalami peningkatan. Dari catatan yang diperoleh BPBD Jawa Tengah per 31 Januari 2017 tercatat 304 kejadian bencana yang didominasi kejadian tanah longsor, banjir, angin dan kebakaran.
“Pelatihan ini sangat penting dan strategis seiring dengan meningkatnya intensitas bencana yang terjadi di Jawa Tengah. Kami perlu mengantisipasi dengan cepat kebutuhan untuk pengkajian pasca bencana. Setelah pelatihan ini kami bentuk tim jitupasna untuk menjawab kebutuhan bantuan pasca bencana,” tandasnya (Naibul Umam).