• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Juni 21, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Hindari Gaya Hidup Negatif Hedonisme

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
7 Maret, 2017
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
1
Hindari Gaya Hidup Negatif Hedonisme
Share

SALATIGA, Suara Muhammadiyah-Kehidupan manusia modern tidak dapat dilepaskan dari gaya hidup masyarakatnya yang mempunyai kecenderungan hedonis. Hedonisme sesungguhnya merupakan konsep moral tentang kesenangan individual atau kenikmatan sebagai tujuan hidup manusia, seperti dikatakan oleh murid Sokrates yang bernama Aristippos. Demikian dikatakan oleh Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DI Yogyakarta Dr H Robby Habiba Abror SAg MHum dalam Seminar Nasional bertema ‘Hedonisme’ di Aula Kampus I IAIN Salatiga, Sabtu (4/3).

Robby menjelaskan ada beberapa pengertian dari hedonisme. Bagi Epikuros, justru ketenangan jiwalah atau ataraxia dengan gaya hidup sederhana sebagai tujuan hidup. Locke misalnya, berpendapat apapun dapat dikatakan baik jika bisa melahirkan kesenangan. “Beberapa cara pandang yang berbeda ini tentu saja akan menimbulkan kontroversi, sebab pada kenyataannya hedonisme harus dituntun oleh moral, bukan sebaliknya kesenangan malah dianggap sebagai sesuatu yang baik secara moral,” tutur Robby.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Hedonisme yang terjadi pada masyarakat modern, menurut Robby, cenderung kepada materialisme dan pada praktiknya tidak dapat dilepaskan dari konsumerisme. Gaya hidup manusia modern menunjukkan beragam tindakan cinta dunia yang menyilaukan mata hati dan iman. Orang lalu ingin melakukan jalan pintas untuk meraih keinginan dan kesenangannya, misalnya dengan gaya hidup serba praktis dan instan, bahkan tidak jarang lalu mengambil langkah menghalalkan segala cara demi mencapai kesenangannya.whatsapp-image-2017-03-05-at-6-10-44-pm

“Selain hedonisme, dalam etika terdapat pula sistem-sistem filsafat moral lainnya seperti eudemonisme,  utilitarianisme dan deontologi,” ungkap Robby yang juga Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu.

Menurutnya, kebahagiaan atau eudaimonia bisa menjadi makna utama hidup manusia sebagaimana pendapat Aristoteles dalam bukunya Nicomachean Ethics, caranya dengan jalan tengah yang disebut phronesis atau kebijaksanaan praktis sebagai keutamaan moral,  di samping kebijaksanaan filosofis dan teoretis.

Dalam utilitarianisme berlaku teori kebahagiaan terbesar yang pernah dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya John Stuart Mill. Paham ini menekankan kebahagiaan terbesar untuk sejumlah besar orang.whatsapp-image-2017-03-05-at-6-08-55-pm

Dalam deontologi dibahas tentang kewajiban moral atau imperatif yang dibagi Immanuel Kant menjadi dua, yaitu imperatif kategoris yang berarti kewajiban moral tanpa syarat, jadi seseorang dapat diperintahkan langsung untuk menjadi baik secara moral, sedangkan imperatif hipotetis ialah kewajiban yang bersyarat, misalnya jika engkau ingin sukses maka belajarlah sungguh-sungguh. Jika ingin dihormati, maka belajarlah menghormati orang lain.

“Dalam QS an-Najm ayat  39 Allah swt berfirman wa allaisa lil insani illa maa sya’a yang artinya dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. Proyeksi imperatif hipotetis setidaknya dapat diserap dan dimanifestasikan dari makna ayat tersebut,” urai anggota Tim Asistensi Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah itu.

Sedangkan konsumerisme ini, lanjut Robby, merupakan paham tentang konsumsi atas barang-barang hasil produksi secara berlebihan sehingga seseorang menjadi konsumtif. “Jika tidak dapat menahan diri, manusia modern cenderung melampaui kebutuhan yang sebenarnya,” demikian papar Robby. (Erha/Ribas)

Tags: HedonismemuhammadiyahRobby Habiba Abror
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post
Sukseskan Program 1000 Klinik, PKU Muhammadiyah Karanganyar Gandeng PCM

Sukseskan Program 1000 Klinik, PKU Muhammadiyah Karanganyar Gandeng PCM

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In