YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan Muhammadiyah terletak pada semangat kebersamaan. Dengan modal itu, Muhammadiyah bisa membangun pusat-pusat peradaban dan keunggulan.
“Muhammadiyah tidak perlu gentar dengan pemilik kekuatan modal besar, karena kita memiliki modal kebersamaan. Kita memiliki etos ini,” tutur Haedar dalam Lokakarya Terbatas Penguatan Gramasurya sebagai Percetakan Muhammadiyah di Yogyakarta, Kamis (16/3).
Dengan modal kebersamaan, menurut Haedar, Muhammadiyah bisa membangun pusat keunggulan. Sehingga visi berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah bisa terimplementasikan ke tengah-tengah masyarakat.
Sebagai contoh, kata Haedar, keberadaan Universitas Muhammadiyah Malaysia yang merupakan hasil konsorsium 15 Universitas Muhammadiyah. Demikian halnya dengan pembangunan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) yang merupakan hasil binaan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Demikian halnya dengan Universitas Ahmad Dahlan yang membina Universitas Muhammadiyah di Kalimantan Utara. “Ini satu relasi yng sangat bagus,” kata Haedar.
Haedar berharap semangat saling membantu antar AUM itu bisa menjadi kekhasan Muhammadiyah, yang terus menyebar ke semua tingkatan pimpinan, warga, kader, dan AUM. “Tolong semangat ini disebarkan di lingkungan masing-masing. Sehingga semuanya menjadi alam berpikir kita semua,” kata Haedar dalam forum yang diikuti oleh para rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) itu.
Membangun tonggak peradaban, kata Haedar, membutuhkan semngat dan kerja keras, namun hal itu menjadi pilihan Muhammadiyah dalam membangun Islam dan Indonesia Berkemajuan. “Kita ingin Muhammadiyah ini menjadi gerakan Islam yang berkemajuan, keliatan hasilnya dan membangun peradaban. Tidak sekedar retorika. Membangun tonggak-tonggak peradaban ini mujahadahnya lebih besar,” kata Haedar.
Haedar mengapresiasi lokakarya kali ini untuk menggalang masukan dan aspirasi dari pemegang saham. Sehingga Gramasurya bisa menjadi percetakan yang unggul, berkualitas, dan bergengsi. “Grama harus menjadi perusahaan yang kuat yang lahir dari ideologi Muhammadiyah. Seluruh pimpinan dan karyawan harus paham mereka Muhammadiyah,” kata Haedar.
Nama Muhammadiyah, menurut Haedar, harus menjadi satu brand tersendiri yang memiliki trust. “Kemampuan yang hilang bisa dibangun kembali. Tapi trust yang hilang tidak akan bisa dicari lagi. Jangan ada kultur saling potong jalur yang akhirnya merugikan masing-masing,” kata Haedar.
Perusahaan yang ada di Muhammadiyah dan atau Amal Usaha Muhammadiyah harus membangun jaringan untuk memperkuat posisi bisnis. “Perusahaan ini harus punya prinsip kompetisi layaknya perusahaan lain. Muhammadiyah sudah memiliki prinsip ini sejak awal. Kepada SM dan Grama, saya katakan harus merintis budaya jujur dan profesional agar terpercaya,” ujar Haedar
Haedar juga mengingatkan bahwa Muhammdiyah berbisnis bukan hanya untuk sekedar bisnis. Namun juga untuk mendukung program dakwah Muhammdiyah. Unit bisnis Muhammadiyah membawa misi dakwah pencerahan.
“Program Klinik Apung suatu terobosan baru yang berfungsi sebagi pelayanan k sehatan sekaligus dakwah islam. Nanti akan ada 15 kapal di Indonesia Timur. Suatu saat nanti di wilayah Papua butuh pesawat kecil untuk pelayanan kesehatan dan dakwah. Muhammadiyah mulai berpikir kea rah situ,” katanya.
Sementara itu, komisaris utama Grama Surya Prof Zamroni mengatakan Gramasurya awalnya didirikan untuk pusat penggalangan dana Muhammadiyah pasca muktamar Muhammadiyah di Malang. Saat itu ada kegelisahan tentang Muhammadiyah yang mempunyai potensi besar, termasuk Suara Muhammadiyah dicetak di luar Muhammadiyah. Akhirnya diputuskan bikin percetakan sendiri.
Setelah beberapa tahun dan Gramasurya menjadi unit bisnis yang berkembang pesat, Zamroni berharap supaya Gramasurya bisa lebih baik lagi. “Lokakarya ini untuk sumbang saran dari pemegang saham untuk perkembangan percetakan ke depan,” katanya (Ribas/Rif/Gsh).