KLATEN, Suara Muhammadiyah- Dalam rangka menyongsong bulan Ramadhan yang tidak lama lagi, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Klaten melalui Lembaga Dakwah Khusus (LDK) menggelar kajian dengan membahas hadits dhoif dan palsu seputar Ramadhan pada Sabtu (28/4) di Gedung Dakwah Muhammadiyah Klaten. Tampil sebagai narasumber yakni anggota Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah, Syakir Jamaluddin.
Dalam pemaparannya, Syakir menjelaskan bahwa beredarnya hadits-hadits dhoif maupun palsu yang selama ini hadir di tengah masyarakat telah mengakar dan membuat masyarakat enggan untuk meninggalkannya.
“Dasar tidak mau meninggalkannya adalah karena dianggapnya hadits tersebut shohih/ hasan. Padahal setelah diadakan penelitian, banyak hadits dhoif atau palsu yang beredar,” terangnya.
Menurut Syakir, sudah banyak ditemukan sejumlah hadits palsu sebelum masuk ramadhan. Ia mencontohkan beberapa di antaranya seperti “Allahumma baariklana fii rajaba wa sya’bana wa balighna ramadlon” yang artinya: Ya Allah berilah keberkahan kepada kami di bulan rajab dan sya’ban, dan sampaikanlah kami pada bulan ramadhan. “Hadits ini populer tapi dhoif. Tidak ada sandaran yang dapat dipercaya,” imbuhnya.
Hadits dhoif lainnya, lanjut Syakir, adalah adanyan hadits yang menjelaskan mengenai pembagian ramadhan menjadi 3 bagian yakni awal ramadhan sebagai rahmat, pertengahan ramadhan sebagai ampunan, dan akhir ramadhan sebagai pembebasan dari api neraka.
“Termasuk bacaan buka yang sudah terlanjur hafal yakni “Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ‘ala rizqika afthartu, birahmatika yaa arhamarahimien”. Ini dhoif juga. Masih banyak hadits palsu atau lemah beredar di masyarakat. Oleh karena itu saya berharap untuk bisa mengkaji dan mempelajarinya, sehingga kita tidak terjerumus pada hadits-hadits dhoif maupun palsu agar kita terhindar dari ibadah bid’ah,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua LDK PDM Klaten Tugiran dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada peserta yang hadir. Ia berharap agar para peserta dapat mengikuti kegiatan dengan penuh rasa tanggung jawab, antusias, serta disiplin agar ilmu yang diperoleh dapat dijadikan hujjah untuk mengamalkan amalan ibadah.
“Terima kasih kepada para peserta yang hadir karena bapak/ibu telah bersungguh-sungguh untuk mengikuti kajian ini meski sejak sore diguyur hujan namun tidak menyurutkan bapak ibu untuk menimba ilmu menggali hadits-hadits dhoif atau palsu seputar ramadhan,” tandasnya (Paimin JS).