YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Bagi siswa tunanetra atau yang memiliki penglihatan low vision, dalam mempelajari Astronomi mereka tak jarang menghadapi kendala. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar materi pembelajaran Astronomi membutuhkan kemampuan visual, salah satunya sebut saja untuk mamahami bentuk dan wujud berbagai macam benda langit yang ada seperti planet-planet dan komet.
Berangkat dari konsen terhadap kendala yang dihadapi oleh siswa difabel tersebut, Tim PKM Pengabdian Masyarakat (PKM M) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) tergerak untuk merancang sebuah media pembelajaran Astronomi yang ramah difabel.
Media pembelajaran tersebut diberi nama ‘Buku Mentari: Mencerap Tata Surya dengan Gambar Tactille Buatan Sendiri’. Dalam penyusunan media pembelajaran ini, Tim PKM M yang terdiri dari Ricka Tanzilah, Ratnawati, Putri Magfirotul Hasanah yang berasal dari Pendidikan Fisika dan Titi Istinganah dari Kesehatan Masyarakat memanfaatkan gambar tactile atau gambar timbul yang bisa diraba untuk menggambarkan benda-benda langsit yang dipelajari dengan dilengkapi oleh keterangan dalam huruf Braille. Sepanjang pengetahuan Ricka, media pembelajaran ini adalah yang pertama di Indonesia.
Kelebihan Buku Mentari yang dirancang oleh Tim PKM M UAD ini menurut Ratna, adalah mereka menggunakan bahan yang mudah dijumpai untuk membuat gambar timbul sehingga harganya pun terjangkau.
“Bahan-bahan yang kami gunakan untuk membuat gambar timbul adalah dengan bahan-bahan seperti pasir aquarium, kapas, kain flannel, manik-manik, dan kawat halus. Bahan-bahan tersebut mudah didapatkan dan juga murah,” terangnya saat ditemui di ruang rektorat lantai 2 UAD, Selasa (30/5).
Sedangkan rancang gambar tactile yang digunakan oleh mereka adalah modifikasi dari gambar tactile milik Lina Canas, seorang ilmuan astronomi asal Portugal yang kini bekerja di International Astronomical Union (IAU) khususnya office of Astronomy Outreach. Kegiatan PKM M ini turut mendapatkan perhatian dari working group IAU bidang Astronomy for Equity and Inclusion yaitu sebuah working group yang berfokus dalam mengedukasi tentang astronomi untuk segala kalangan.
Dalam melakukan edukasi inklusi dengan Buku Mentari ini, Ratna juga menerangkan bahwa kelompoknya menggunakan metode pembelajaran cooperative learning yang memungkinkan siswa awas atau yang tidak mengalami kendala penglihatan untuk saling bekerjasama.
“Kami menyediakan 2 jenis buku mentari yaitu untuk siswa yang mengalami kendala penglihatan dan mereka yang awas dalam huruf biasa dan Braille. Mereka akan ada dalma 1 kelompok kerja, siswa awas membantu siswa yang terkendala penglihatannya menggunting bahan-bahan yang tersedia untuk membuat gambar tactile. Sedangkan yang lainnya menempel,” imbuhnya sembari mendampingi salah satu siswa penderita low vision bernama Miftahul Khoiru Ilmi atau yang akrab disapa Irul saat memperagakan cara membuat gambar tactile.
Ricka turut menjelaskan bahwa dalam memilih bahan-bahan yang digunakan untuk membuat gambar tactile, mereka menggunakan bahan yang sedekat mungkin mampu membantu para siswa untuk memvisualisasikan benda-benda langit yang dipelajari.
“Contohnya dalam gambar planet Merkurius, pada cincin atau sabuknya kami menggunakan pasir aquarium untuk menggambarkan bahwa sabuknya terdiri dari debu-debu yang tidak rapat. Mereka bisa merasakan dengan rabaan bahwa sabuknya terdiri dari butiran halus yang renggang,” kata Ricka.
Ricka mengimbuhkan bahwa inisiasi pembuatan Buku Mentari dalam PKM M ini telah didiskusikan oleh kelompoknya sejak September tahun lalu bersama dosen pembimbing mereka yaitu Yudhiakto Pramudya. Sedangkan proses penyusunan buku telah dimulai sejak Februari.
Untuk pembelajaran sendiri, kelompok PKM M tersebut bermitra dengan SMA 4 Muhammadiyah Yogyakarta yang juga merupakan sekolah dengan sistem inklusi. Pembelajaran pertama kali dilakukan pada tanggal 6-7 Mei 2017 di UAD dengan melibatkan 3 siswa dari SMA Muhammadiyah 4 Y. Sedangkan tahap kedua, dilangsungkan di Perpustakaan Kota Yogyakarta pada 24 Mei yang melibatkan 8 siswa tunanetra dari Yayasan Yaketunis Yogyakarta, 6 siswa dari Panti Asuhan Ummu Salamah dan 4 pengunjung Perpustakaan.
Ratna menandaskan bahwa ke depan, kelompok mereka akan mengajukan ISBN agar Buku Mentari bisa diakses oleh banyak kalangan. Bahkan, dengan turut mendatangkan pakar kewirausahaan saat melakukan pembelajaran, kelompok PKM M tersebut mengharapkan siswa tunanetra mampu membuat buku tata surya tactile ini sendiri karena yang digunakan relative mudah didapat.
“Kami berharap mereka bisa meneruskan apa yang kami rancang saat ini. Selain untuk membantu rekan tunanetra lainnya, mereka juga bisa mandiri,” tandas Ratna (Th).