SURAKARTA, Suara Muhammadiyah- Bertepatan dengan dimulainya masa sekolah di Tahun Ajaran 2017/2018, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta terpilih sebagai Sekolah Dasar Piloting Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tahap 2 regional 2 tahun 2016 berdasarkan amanah Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Tak hanya itu, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta juga mendapatkan amanah dari Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan sebagai sekolah model pembelajaran inovatif berbasis TIK dengan memanfaatkan rumah belajar tahun 2016.
“Makanya MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) tahun ini kita fokuskan pada pendidikan karakter berbasis TIK,” terang Humas SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jatmiko.
Ia menambahkan, selama beberapa tahun terakhir nilai ujian sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan mencapai nilai 100 untuk mata uji IPA, Bahasa Indonesia 98, dan Matematika 100.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Sri Sayekti menuturkan bahwa kegiatan MPLS SD Muhammadiyah 1 Ketelan dilaksanakan selama 3 hari yakni Selasa-Kamis (18-20/7) dengan menitik beratkan pendidikan karakter berbasis TIK.
Para peserta didik baru, kata Sri, harus mengenal lingkungan di sekolah dengan baik. Oleh karenanya, dalam kegiatan MPLS ini perlu dilakukan kegiatan berkeliling ke tempat dan ruangan yang ada di sekitar sekolah. Adapun beberapa ruangan yang dikenalkan di antaranya yaitu ruang UKS, perpustakaan, kantin, tata usaha, BUMS/Koperasi, aula sekolah, ruang musik, ruang karawitan, ruang laboratorium MIPA, ruang komputer, mushola, serta ruang kelas yang ada.
“Kemudian peserta didik juga dikenalkan dengan tata tertib sekolah untuk memotivasi anak berlaku disiplin. Juga dikenalkan dengan ketertiban saat upacara bendera. Yang tak kalah penting diingatkan harus selalu bersikap baik terhadap teman dan Bapak /Ibu guru,” jelasnya.
Lebih lanjut Sri menyampaikan bahwa di hari selanjutnya, para peserta didik dikenalkan materi Islami Kemuhammadiyahan dengan mengajak anak-anak untuk mengenali huruf hijaiyah, serta materi Kemuhammadiyahan. “Dan berikutnya Peserta didik diajak untuk mendengarkan dongeng dari Kak Bonie tentang anaknya yang berani bersekolah atau mandiri tanpa ditunggu dan menangis,” pungkasnya. ()