JOHOR, Suara Muhammadiyah-Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menjadi pembicara kunci dalam ajang International Summit on Knowledge Advancements (ISKA) 2017. Konferensi Internasional ini bertujuan untuk menyediakan sebuah wadah bagi para akademisi, peneliti dan pelaku industri untuk berbagi pengetahuan dan gagasan, memperluas jaringan, serta menyajikan temuan penelitian dan mengeksplorasi potensi potensial lainnya yang diharapkan dapat berkontribusi pada masa depan dunia dan peradaban yang lebih baik.
Forum yang berlangsung selama dua hari, 26-27 Juli 2017 ini mempertemukan peserta dari berbagai negara. Kegiatan ini sendiri terdiri dari beberapa seri konferensi internasional yang mencakup multidisiplin ilmu. Terdiri dari Konferensi Internasional tentang Manajemen Bisnis Global dan Ekonomi (ICBMEc), Konferensi Internasional tentang Aplikasi Teknik, Fisika dan Ilmu Pengetahuan (ICEAPS), Konferensi Internasional tentang Pendidikan dan Pendidikan Kejuruan (IEVE), Konferensi Internasional tentang Studi dan Peradaban Islam (ICISC), Konferensi Internasional tentang Psikologi, Humaniora dan Ilmu Sosial (ICPHS), Konferensi Internasional tentang Strategi dan Hukum Politik Global (ICGSL), Konferensi Internasional tentang Kesehatan, Farmasi dan Kedokteran (ICHPM).
Dalam paparannya, Haedar Nashir mengapresiasi konferensi internasional yang diinisiasi oleh konsorsium beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan Perguruan Tinggi yang ada di Malaysia. “Kerjasama PTM dengan Perguruan Tinggi Malaysia di berbagai bidang dapat mengantarkan pada penguatan keilmuan, identitas dan peradaban masyarakat serumpun,” tuturnya.
Konferensi ini, kata Haedar, sangat mendukung Muhammadiyah yang sedang mengembangkan dan menguatkan pusat-pusat keunggulan, salah satunya melalui peran Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA). Selain itu, konferensi ini juga sebagai wujud aksi nyata Muhammadiyah memajukan umat, bangsa, dan peradaban. “Konferensi ini sebagai bukti pemihakan Muhammadiyah terhadap ilmu menuju peradaban Islam,” ujar Haedar.
Peradaban keilmuan dalam masyarakat Islam, menurut Haedar, pernah berjaya. Namun selama berabad-abad, kebangkitan dunia Barat telah menggeser dominasi Timur. Oleh karena itu, Haedar berharap para ilmuwan muslim, termasuk institusi PTMA dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam menjawab tantangan modernitas.
Sementara itu, ketua penyelenggara International Summit on Knowledge Advancements, Prof Bambang Setiadji menyatakan bahwa konferensi ini melibatkan banyak peneliti dari beragam latar belakang dan universitas. “Konferensi untuk memajukan IPTEK diselenggarakan oleh konsursium Universitas Muhammadiyah di Malaysia, berjumlah 12 PTM. Adapun jumlah paper masuk 393, dan yang disetujui 320 paper,” tuturnya kepada Suara Muhammadiyah. Selain paper dari Malaysia dan Indonesia, forum ini juga menerima beberapa paper dari Vietnam dan Amerika Serikat.
Bambang berharap, PTMA perlu terus memperbanyak dan menguatkan publikasi riset-riset mutakhir. Sehingga bisa melahirkan kebaruan-kebaruan dan berkonstribusi bagi kemajuan dunia.
Selain itu, kata Bambang, juga diperlukan kerjasama dengan berbagai Perguruan Tinggi yang ada di seluruh dunia, termasuk dengan perguruan tinggi di Malaysia. “Kerjasama dengan PT di Malaysia juga memberikan keuntungan, karena banyak laboratorium yang tersedia, di mana PTM belum punya,” ulas Bambang Setiadji yang juga rektor Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Dalam rangkaian agenda tersebut, Haedar Nashir sempat mengunjungi kantor University Consortium Muhammadiyah Malaysia (UCMM) di kawasan Batu Pahat, Malaysia. Haedar berharap kantor ini nanti akan menjadi salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah di luar Indonesia, yang membuka ruang interaksi Muhammadiyah dengan masyarakat dunia. “Muhmmadiayah diharap berinteraksi mengenalkan matan keyakinan visi Islam dan gerakan sivilisasi Islam ke dunia,” kata Bambang. (Ribas/Koresponden:Mukhlis,Hilman)