YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Semakin tingginya kebutuhan penanganan kesehatan yang berkualitas mendorong para pegiat kesehatan untuk melahirkan berbagai inovasi dan pengembangan di bidang tersebut. Tidak terkecuali di implementasi kefarmasian klinis, melalui Forum Asian Conference on Clinical Pharmacy (ACCP), para farmasis klinik di negara-negara kawasan Asia menghimpun berbagai gagasan serta pengalaman dalam pengembangan bidang ini.
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menjadi salah satu perguruan tinggi dengan jurusan Farmasi yang cukup diperhitungkan kualitasnya di lingkup perguruan tinggi di Yogyakarta, turut serta menjadi partner penyelenggara ‘Asian Conference on Clinical Pharmacy’ ke 17 di Yogyakarta. Konferensi yang digelar tahunan ini digelar oleh Fakultas Farmasi Universitas Airlangga bekerja sama dengan Ikatan Apoteker Indonesia. Selain dibantu oleh UAD, ACCP juga bermitra dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Sanata Dharma, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Perhelatan Internasional yang digelar di Hotel Tentrem Yogyakarta selama 3 hari ini mendatangkan peserta yang merupakan praktisi, akademisi serta peneliti dari sejumlah negara. Di antaranya adalah Jepang, Cina, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, Vietnam, Singapura, dan Iran.
Mengusung tema “Unity in Diversity and the Standardisation of Clinical Pharmacy Services”, Ketua Panitia 17th ACCP Dr Suharjono, MS Apt mengatakan bahwa diperlukan kolaborasi antar negara dari praktisi, akademisi di perguruan tinggi, dan juga peneliti dalam melahirkan pemikiran-pemikiran progresif di ranah clinical pharmacy. Termasuk mempertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan dan implementasi pelayanan farmasi klinis di setiap negara yang tentunya memberikan dampak pula terhadap dunia pendidikan dan penelitian.
“Kolaborasi antar negara penting dalam pengembangan bidang ini,” tuturnya.
Beberapa tujuan yang ingin diwujudkan dalam gelaran ACCP kali ini di antaranya adalah mempromosikan pembentukan program farmasi klinis yang kuat di perguruan tinggi farmasi di Asia. Mendorong metodologi pengajaran berbasis masalah pembelajaran, berdasarkan kasus pembelajaran, dan konsep pembelajaran aktif lainnya dalam pendidikan farmasi di Asia. Mendukung filsafat praktek yang mengidentifikasi pasien sebagai penerima manfaat utama dari layanan farmasi klinis. Dan Mempromosikan praktek farmakoterapi yang mengoptimalkan hasil pasien dan mengembangkan praktisi dibuktikan berbasis di Asia.
“Salah satu luaran ACCP tahun 2017 ini adalah diterbitkannya Proceeding terindeks Scopus atau Thomson Reuteurs,” tandas Suharjono dalam pembukaan ACCP yang dibuka oleh Maura Linda Sitanggang, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (Th)