YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Sebagai tindak lanjut Deklarasi Kota Yogyakarta Peduli Tuberkulosis (TB), Majelis Kesehatan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Yogyakarta melalui SSR TB-HIV Care ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta mengadakan kegiatan sosialisasi dan skrining rutin TB di sekolah-sekolah Muhammadiyah Kota Yogyakarta yang dilaksanakan selama dua hari pada Senin-Selasa (31/7-1/8).
Dalam pelaksanaannya, SSR TB-HIV Care ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta sebagai pelaksana program penanggulangan TB dan HIV-AIDS berbasis masyarakat ini bekerjasama dengan Majelis Kesehatan PDA Kota Yogyakarta, Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Yogyakarta, Dana Sehat Muhammadiyah (DSM), RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, serta Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PDA dan PDM Kota Yogyakarta.
Dalam kegiatan sosialisasi dan skrining rutin TB ini, dihadirkan pemateri dari tim SSR TB-HIV Care ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta, Dokter dari DSM, serta kader TB-HIV Care ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta yang sudah terlatih.
Koordinator Pelaksana Program SSR TB-HIV Care ‘Aisyiyah Kota Yogyakarta, Rakhmawati menuturkan bahwa latar belakang dilaksanakannya kegiatan ini di sekolah-sekolah Muhammadiyah adalah mengingat sekolah dinilai menjadi tempat yang utama untuk mempelajari hal-hal baru.
“Sekolah menjadi rumah kedua sebagian besar anak-anak usia 5-18 tahun. Sebagian besar anak-anak menghabiskan waktu kedua paling banyak setelah di rumah adalah di sekolah,” ujarnya.
Dijelaskan Rakhmawati, kegiatan penyuluhan di sekolah dapat dilakukan untuk beberapa subjek yang berbeda di antaranya siswa sekolah, guru dan pegawai, serta orang tua murid. “Sosialisasi langsung untuk siswa, guru, dan pegawai dapat dilakukan pada saat studium general masa pekan ta’aruf, atau setiap saat melalui media kampanye berupa pamflet yang dipasang atau dibagikan. Untuk sosialisasi bagi orang tua murid pada saat pengambilan rapot,” jelasnya.
Sedangkan untuk kegiatan skrining, lanjutnya, dilaksanakan setelah proses sosialisasi yang dapat dilaksanakan setiap saat oleh dokter DSM pada saat praktek di sekolah.
“Apabila dari hasil skrining diketahui ada indikasi harus dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah, maka kader ‘Aisyiyah berperan sebagai pendamping terduga TB untuk memastikan pemeriksaan dilakukan dengan benar, serta mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat,” terangnya.
Rakhmawati berharap, dengan adanya kegiatan ini kedepannya akan muncul kepedulian terhadap TB bagi para siswa, guru, dan karyawan di sekolah.
“Kami berharap, melalui kegiatan ini para siswa, guru, dan karyawan menjadi lebih mengerti tentang TB sehingga muncul kepedulian terhadap TB. Jika ada yang terindikasi terkena TB maka segera memberitahu ibu-ibu kader ‘Aisyiyah terdekat, perawat, dokter, maupun tim SSR untuk selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan dan ditangani sampai tuntas sehingga mampu memutus rantai penularan,” pungkasnya (Yusri).