YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Ada nuansa berbeda dalam milad Muhammadiyah ke-105 Masehi tahun 2017. Kegiatan ini untuk pertama kalinya digelar di pusat kejawen, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, pada Jumat malam (17/11). Dengan mengusung tema “Muhammadiyah Merekat Kebersamaan”, resepsi milad kali ini menampilkan banyak sisi unik. Di antaranya adalah pemandangan jejeran para pimpinan pusat dan pimpinan wilayah Muhammadiyah yang dibalut dengan pakaian adat masing-masing propinsi dari seluruh Indonesia.
“Semua itu wujud simbolik dari kehendak merekat kebersamaan yang indah di tengah keberagaman,” kata Haedar dalam pidato milad di hadapan para tamu. Di antaranya tampak Sri Sultan Hamengkubuwono X, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menpan RB Asman Nur, Mendikbud Muhadjir Effendy, Kapolri Tito Karnavian, Presiden PKS, Ketua Umum PPP, perwakilan DPP PAN, DPP PDI-P, dan segenap undangan lainnya.
Haedar mengungkapkan bahwa milad Muhammadiyah ke-105 ini menjadi momentum untuk merekatkan kembali kebersamaan yang menjadi kekhasan Indonesia menuju bangsa yang maju, adil, dan makmur. “Kami ingin bangsa Indonesia tetap utuh sebagai bangsa majemuk yang menjunjung tinggi kebersamaan, sebagaimana telah menjadi denyut nadi sejarah dan perjuangan bangsa ini dalam lintas perjalanan yang panjang,” tuturnya.
Milad kali ini, PP Muhammadiyah secara khusus memberikan award kepada tiga tokoh yang dianggap telah berjasa besar bagi Muhammadiyah, umat Islam, dan bangsa Indonesia. Pertama, kepada Sri Sultan Hamengkubowono X sebagai representasi Keraton Yogyakarta. “Yang sejak Sultan Hamengkubuwono VII, VIII, dan IX, yang secara luar biasa telah memberikan perhatian dan dukungan penuh sejak Muhammadiyah berdiri sampai saat ini,” ungkap Haedar.
Kedua, kepada Profesor Mitsuo Nakamura, sebagai antropolog yang hampir sepanjang karir akademiknya didedikasikan untuk mengkaji Muhammadiyah. Ketiga, kepada Haji Ahmad Roemani, yang dengan penuh ketulusan, menaruh kepercayaan kepada Muhammadiyah, sehingga berdiri tegak RS Roemani Muhammadiyah Semarang.
“Penghargaan itu merupakan bentuk rasa syukur dan terima kasih kami, yang boleh jadi tidak seberapa dibanding kiprah dan pengkhidmatan ketiga tokoh tersebut dalam posisi dan perannya masing-masing,” ujar Haedar Nashir.
Nunasa kebudayaan dalam milad kali ini semakin lengkap dengan iringan beragam suguhan penampilan dari sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah. Beberapa di antaranya misalnya hiburan musik orkestra Dwiki Dharmawan, grup paduan suara, Tari Bhineka Berkemajuan, hingga gelaran pentas wayang. (Ribas/Foto:PP Muh)