YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah– Dua puluh tahun ke depan percepatan perubahan teknologi akan sama dengan perubahan yang terjadi dari tiga ratus tahun yang lalu. Selain itu, kompetisi global akan semakin ketat dengan berbasis ilmu pengetahuan, sains, teknologi dan inovasi.
Hal tersebut disampaikan oleh peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Muhammad Rifqie Muna MDefstud dalam Kuliah Umum bertajuk “Contemporary global security issues in the era of new techologies” di Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (23/02). Kuliah umum ini diselenggarakan oleh Magister Ilmu Hubungan Internasional (HI) Program Pascasarjana UMY.
Menurut Rifqie jumlah ilmuan dan researcher Indonesia dalam bidang teknologi masih sangat kecil. “Perhatian negara untuk RnD (research and development) sains masih sekitar 0,05%, sementara negara-negara lain bisa mencapai 1,5% dari GDP, kemudian ada juga yang mencapai 4%,” urainya.
Baca juga : Revolusi Industri 4.0, Muhammadiyah perlu Proses Akselerasi
Lebih lanjut lagi, alumni HI UMY tersebut mengingatkan bahwa tanpa menguasai teknologi, Indonesia yang penduduknya besar hanya akan menjadi market. “Karena kita tak cukup punya saintis, kita tak cukup punya teknologi yang mampu memproduksi sistem teknologi,” tambahnya.
Solusi agar Indonesia dapat berkompetisi di kancah global menurut Rifqie adalah dengan mendidik dan memperbanyak jumlah anak bangsa yang belajar sains dan teknologi. “Alih teknologi hanya bisa dilakukan jika kita menginventasikan orang-orang muda kita untuk belajar teknologi,” terang Rifqie yang saat ini tengah merintis lembaga Research and Observation Tecnology and Society (ROOTS).
Selain itu, ia menambahkan, bahwa ada yang mengatakan Indonesia sebagai swing state dan ikut menentukan pada tingkat internasional. Saat ini PBB sedang membahas UN Convention of Protecting Marine by Diversity Beyond National Jurisdiction, di mana Indonesia memiliki nilai (kearifan) dan menonjol sebagai negara kepulauan (archipelago). Sehingga orang tidak akan semaunya sendiri merusak laut. “Kita promosikan itu,” tandas Rifqie.(qq)