NEW DELHI, Suara Muhammadiyah-India merupakan negara Asia dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia. Populasinya lebih dari satu miliar jiwa. Agama Hindu dianut oleh mayoritas penduduk setempat. Dan Islam menjadi agama kedua terbesar. Tanah India pernah melahirkan tokoh pembaharu muslim, yang gagasan pemikirannya menginspirasi dunia. Masyhur, di anatarnya Abul A’la Al Maududi dan Muhammad Iqbal. Sebagaimana India, Indonesia juga melahirkan sosok pembaharu. Di antaranya adalah pendiri Muhammadiyah dan organisasi keagamaan Islam lainnya.
Jumat, 20 April 2018, salah seorang tokoh muslim Indonesia memberikan kuliah umum di hadapan para akademisi dan para cendekia salah satu universitas di India. Adalah ketua umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir berkesempatan untuk menyampaikan materi tentang “Muhammadiyah dan Gagasan Islam Berkemajuan” dalam sebuah forum di Jawaharlal Nehru University (JNU), New Delhi.
Haedar Nashir menuturkan bahwa umat Islam di seluruh dunia menghadapi dinamika kehidupan baru di abad ke-21. Beragam dinamika dan perubahan itu harus bisa disikapi. Agama Islam di abad modern harus bisa mengejawantahkan nilai-nilai yang bisa memandu kehidupan umat manusia. Sehingga agama menjadi shalih likulli zaman wa makan.
Dalam pandangan Muhammadiyah, kata Haedar, Islam merupakan agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk membangun peradaban yang utama dan menjadi rahmat bagi semesta, inilah yang disebut “Islam Berkemajuan” (Din al-Hadlarah). “Nabi Muhammad bersama kaum muslimin selama 23 tahun telah menjadikan Yasrib yang pedesaan menjadi al-Madinah al Munawwarah, kota peradaban yang cerah dan mencerahkan. Setelah itu selama sekitar lima sampai enam abad Islam menjadi peradaban yang maju di pentas dunia,” katanya.
Haedar menunjukkan beberapa bukti bahwa ajaran Islam merupakan agama yang mengandung spirit kemajuan. Islam mengajarkan manusia untuk “Iqra” (QS Al Alaq: 1-5), menjadi pelaku perubahan dan berwawasan ke depan (QS Ar-Ra’du: 11; Al-Hasyr: 18). Islam yang mengajarkan tangan di atas (yad al-‘ula) dan bukan di bawah (yad al-sufla). Islam membentuk manusia Muslim sebagai atau pelaku sejarah (syuhada ‘ala al-nas ), selain hadir sebagai umat moderat (ummatan wasatha) dalam kehidupan (QS Al-Baqarah: 143) . Umat Islam diharuskena menjadi golongan terbaik yang unggul atau khayra ummah (QS Ali Imran: 110), sehingga dapat menjadi rahmatan lil-‘alamin atau rahmat bagi semesta alam (QS Al-Anbiya: 107).
“Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhaniah. Kemajuan dalam pandangan Islam bersifat multiaspek baik dalam kehidupan keagamaan maupun dalam seluruh dimensi kehidupan, yang melahirkan peradaban utama sebagai bentuk peradaban alternatif yang unggul secara lahiriah dan ruhaniah,” ulasnya.
Da’wah Islam, ujar Haedar, sebagai upaya mewujudkan Islam dalam kehidupan diproyeksikan sebagai jalan perubahan (transformasi) ke arah terciptanya kemajuan, kebaikan, keadilan, kemakmuran, dan kemaslahatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan, agama, dan sekat-sekat sosial lainnya.
Islam yang berkemajuan menyemaikan benih-benih kebenaran, kebaikan, kedamaian, keadilan, kemaslahatan, kemakmuran, dan keutamaan hidup secara dinamis bagi seluruh umat manusia. “Islam yang menjunjung tinggi kemuliaan manusia baik laki-laki maupun perempuan tanpa diksriminasi. Islam yang mengelorakan misi antiperang, antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan, antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala bentuk pengrusakan di muka bumi seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, kejahatan kemanusiaan, eksploitasi alam, serta berbagai kemunkaran yang menghancurkan kehidupan. Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan suku bangsa, ras, golongan, dan kebudayaan umat manusia di muka bumi,” katanya.
Menurut Haedar, umat Islam di manapun termasuk Islam Indonesia tidak mungkin tampil sebagai Islam rahmatan lil-‘alamin jika dirinya tertinggal dan tidak berkemajuan. Islam rahmatan lil-‘alamin harus berkemajuan. Islam berkemajuan ingin mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan melalui transformasi sosial yang bersifat emansipasi, humanisasi, liberasi, dan transendensi (QS Ali Imran: 104, 110).
“Adapun da’wah dan tajdid bagi Muhammadiyah merupakan jalan perubahan untuk mewujudkan Islam sebagai agama bagi kemajuan hidup umat manusia sepanjang zaman. Islam moderat di Indonesia tidak mungkin menjadi kekuatan yang berdaya saing tinggi dan dapat mempengaruhi kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan universal di abad ke-21 jika dirinya lemah dan tidak maju,” ungkap Haedar. (ribas/foto: dadang kahmad)
Baca Juga :
Haedar Nashir Kunjungi Mesir dan Sudan
Sebarluaskan Islam Berkemajuan, Haedar Nashir Kuliah Umum di Australia
Haedar Nashir Penuhi Undangan Pemerintah Singapura dan RSIS
Muhammadiyah Sepakati Kerja Sama dengan Taiwan di Bidang Pendidikan
Haedar Nashir Jadi Keynote Speaker International Summit on Knowledge Advancements di Malaysia