YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Berbagai ancaman bencana mengintai Indonesia seperti gempa, banjir, longsor, kebakaran, konflik, teror, sehingga ada yang menyebut Indonesia sebagai supermarket bencana. Salah satu bencana yang mempunyai dampak yang menimbulkan korban adalah gempa Yogyakarta terjadi pada 27 Mei 2006.
“Betapa dahsyat gempa waktu itu, yang berpusat di Bantul, khususnya di kecamatan Pundong di sesar Opak kedalaman 10 KM. Tidak ada satu rumah pun yang berdiri tegak, semuanya rata-rata hancur parah, hanya beberapa yang masih tersisa itu pun tidak aman,” kata Wahyu Heniwati, mengingat kejadian gempa di sekitar tempat tinggalnya di Bantul. Hal tersebut disampaikan Heni dalam Bincang-Bincang Bencana Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Refleksi Pengalaman Gempa Bumi Yogyakarta 2006, Sabtu (26/5).
Anggota Divisi Pengurangan Resiko Bencana MDMC PP Muhammadiyah tersebut menyampaikan Pentingnya Pengelolaan Risiko Bencana. Ia menyebutkan dampak daripada bencana diantaranya kematian, luka (sakit), hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan dan hilangnya harta hingga gangguan layanan publik-kegiatan masyarakat. “Korban meninggal pada waktu gempa di Yogyakarta mencapai 5000 jiwa, paling banyak di Bantul sekitar 4000, korban luka mencapai puluhan ribu orang,” tutur Heni.
Baca juga: Peningkatan Status Gunung Merapi, MDMC kembali Ingatkan Fikih Kebencanaan
Ia mengatakan sebetulnya gempa tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi jatuhnya korban karena tertimpa bangungan yang tidak aman (safety), tidak memenuhi persyaratan bangunan aman gempa.
Menurutnya, perlu penguatan kapasitas pengetahuan secara terus menerus kepada masyarakat untuk memahami apa yang perlu dilakukan jika terjadi bencana. Selan itu, prinsip kesiapsiagaan juga perlu didorong agar ada kemauan dan komitmen dalam penanggulangan bencana.
Sementara itu, Ketua MDMC PP Muhammadiyah Budi Setiawan mengatakan perlu evaluasi jika terjadi lagi gempa dengan memahami kejadian secara benar maka bencana bisa dihindari. Budi juga menyampaikan, tugas MDMC kedepan salah satunya erupsi Merapi bagaimana korban harus diminimalisir bahkan tidak ada korban.
Bincang-bincang tersebut diikuti MDMC Klaten, MDMC Ponorogo, MDMC Bima, serta beberapa relawan seperti dari Unriyo dan PSLB UAD. Dalam kesempatan itu juga disampaikan penghargaan kepada MDMC Klaten atas prestasinya dalam menyukseskan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) 2018.(rizq)
Baca juga: Beri Masukan ke DPR, Haedar Nashir: RUU Antiterorisme Harus Komprehensif