YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Yunahar Ilyas, Lc, MA mengatakan bentuk negara Indonesia sebagai Darul Ahdi wa Syahadah merupakan semangat Muhammadiyah. Membaca sejarahnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri berdasarkan konsensus (kesepakatan) seluruh negara bangsa diwakili oleh tokoh-tokohnya.
“Kesepakatan itu disebut al ahdu, darul ahdi (negeri hasil konsensus kita bersama), oleh sebab itu kita wajib menepati janji kita, konsensus kita, ditambah wa syahadah, itu semangat Muhammadiyah,” kata Yunahar dalam Pengajian Ramadhan 1439 H Pimpinan, Pejabat Struktural, dan Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kamis (31/5). “Menepati janji adalah ajaran dari agama Islam,” imbuhnya.
Baca juga: Hamim Ilyas: Dakwah Islam untuk Tujuan Mewujudkan Hidup Baik
Menurut Yunahar, Darul Ahdi wa Syahadah disahkan saat Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar. Kata Syahadah tersebut merujuk ayat wakadzalika ja’alnakum ummatan wasathan litakunu syuhada ‘alanasi wayakuuna alarasulu ‘alaikum syahida… Artinya: Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat tengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. Al Baqarah [2] : 143)
Yunahar menerangkan, syahadah di situ bermakna referensi, teladan, tempat umat Islam mengekspresikan, menjalankan ajaran Islam dan harus berlomba dengan pemeluk agama lain dalam membangun negeri ini. “Kita ingin Muhammadiyah dalam konteks bernegara menjadi syuhada, menjadi rujukan, referensi,” tutur Guru Besar Ulumul Qur’an UMY tersebut.
Tidak usah tanya kesetiaan Muhammadiyah dengan NKRI, lanjut Yunahar, Muhammadiyah sudah lahir jauh sebelum Indonesia berdiri serta ikut berjuang mendirikannya. “Cara berbangsa dan bernegara yang baik, tidak banyak bicara tapi banyak bekerja, tidak mengklaim rahmatan lil alamin tapi buktikan saja,” pungkasnya.(rizq)
Baca juga: Tampilkan Ihsan, Muhammadiyah Harus Menjadi Uswah Hasanah di Dunia Digital