GRESIK, Suara Muhammadiyah – Setiap anak adalah unik dan memiliki keistimewaan dan prestasi yang berbeda-beda yang perlu diapresiasi, baik itu prestasi akademis, karya seni, keorganisasian dan lainnya.
Demikian disampaikan ketua Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) Malaysia Nita Nasyithah SPd, Med dalam acara pelepasan dan wisuda siswa-siswi Perguruan Muhammadiyah Wotan Panceng, Gresik, Sabtu, (23/6).
Acara yang turut dihadiri oleh jajaran pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Ranting Wotan dan Cabang Panceng Gresik itu merupakan bagian dari safari dakwah Ketua PCIM dan PCIA Malaysia di Gresik dan Lamongan antara tgl 24-28 Juni.
Nita yang pernah berprofesi sebagai guru dan konselor sekolah menegaskan lebih lanjut bahwa ijazah hanya salah satu dari bekal masa depan. Yang tidak kalah penting adalah pemahaman agama, akhlak dan ilmu yang diamalkan.
“Anak hari ini pemimpin masa depan, seperti hidangan ‘masakan’, anak tidak bisa langsung siap hidang, harus diolah dengan bahan/bumbu yang tepat, proses memasak yang betul, dan koki yang kompeten. Koki utama ibu. Peran yang lain diisi oleh guru dan masyarakat,” tutur Nita.
Dalam konteks inilah, Ia melanjutkan, ‘Aisyiyah memfokuskan pemberdayaan wanita sebagai ibu dan calon ibu dengan berbagai aktivitas sebagai bekal di hari depan seperti kegiatan pengajian fiqih wanita, skill pengobatan bekam dan akupuntur, pelatihan manajemen keuangan dan juga pelatihan kewirausahaan.
Nita mengingatkan semua orang tua dan guru agar serius mendidik generasi muda kita. “Anak bukan semata sebagai harta duniawi untuk dibangga-banggakan, tapi anak kita adalah amanah yang mesti dipertanggungjawabkan,” imbuh lulusan magister pendidikan dan konseling dari International Islamic University Malaysia tersebut.
Kemudian, Nita mengungkapkan, tantangan terbaru bagi para orangtua dan guru dalam mendidik anak adalah pendidikan kecerdasan digital, yaitu etika penggunaan gadget seperti handphone, internet dan gadget games. “Inilah tantangan saat ini yang perlu disiasati,” tandas Nita.
Ia juga menekankan agar orangtua dan guru jangan gagap teknologi. “Usahakan agar kita bisa temani anak-anak kita agar mereka tidak tersesat di dunia digital dan agar tetap menjaga komunikasi dua arah sehingga anak bisa diskusi tentang apa yang mereka lihat atau dengar dari Internet,” pungkasnya.(rzq)