JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Berbagai tokoh bangsa serta negara sahabat menghadiri Silaturahim Halal Bi Halal Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Rabu (4/7). Tampak hadir Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur DKI Jakarta, Prof Dr Amien Rais hingga duta besar Inggris Moazzam Malik.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Haedar Nashir, MSi sebagai tuan rumah mengungkapkan silaturahim dimaksudkan mempertautkan persaudaraan termasuk jika ada tautan persaudaraan yang terputus. “Mempertautkan silaturahim itu bukan sekedar mempertautkan yang sudah ada dan terjadi, tetapi tidak kalah pentingnya merajut kembali persaudaraan yang mungkin pernah terputus.”
Oleh karena itu, menurut Haedar, diharapkan dalam konteks silaturahim yang sifatnya individual dan sosial perlu dikembangkan menjadi silaturahim kebangsaan. “Sudah menjadi tradisi kita yang bagus di Indonesia di Idul Fitri atau di bulan Syawal, kita coba kembangkan menjadi silaturahim kebangsaan untuk mempererat dan merajut persaudaraan kita sebangsa.”
Melalui silaturahim kebangsaan, lanjutnya, bagaimana seluruh elemen bangsa termasuk pemerintah untuk menyatukan visi kebangsaan. “Dengan semangat silaturahim kebangsaan kita terus ikhtiarkan untuk melakukan dialog-dialog yang cerdas, terbuka dan bernas,” imbuh Haedar.
Kemudian, kata Haedar, nilai-nilai keagamaan itu hidup memberi jiwa pada keindonesiaan di mana Muhammadiyah bersama ormas-ormas keagamaan yang lain mengajak terus berkiprah untuk mencerdaskan dan memajukan kehidupan bangsa.
“Lebih-lebih kita sejak perjuangan kemerdekaan telah meletakkan dasar perjuangan dan ikut mendirikan republik ini, kita juga bertanggung jawab terhadap masa depan Indonesia,” tandas Haedar.
Untuk itu, masih menurut Haedar, maka berdialog harus diteruskan termasuk bekerja, serta tidak kalah pentingnya membangun pusat-pusat keunggulan untuk membangun bangsa dan negara sebagaimana jalur Muhammadiyah.
Haedar yakin dengan peran dan dialog seperti itu akan ada sinergi dan energi kolektif yang besar. Termasuk berdialog dengan tokoh-tokoh partai politik sesuai dengan jalurnya untuk mendorong kekuatan-kekuatan politik berperan sebagaimana fungsinya.
“Tidak perlu bertukar tempat Ormas menjadi Parpol, Parpol menjadi Ormas atau tokoh Ormas menjadi tokoh Parpol begitupun sebaliknya. Saya fikir dengan pembagian tugas yang sama pentingnya ini, Indonesia ke depan memperoleh mozaik yang indah demi Indonesia berjaya, beradab, dan berkemajuan,” pungkasnya.(rzq)