Judul : Kisah Inspiratif Para Pemimpin Muhammadiyah
Penulis : Syukriyanto AR
Penerbit : Suara Muhammadiyah
Cetak Pertama : Juli 2017
Tebal Buku : xxxii + 120 halaman
ISBN : 978-602-6268-30-3
Konon, katanya orang Muhammadiyah mudah melupakan para pendahulu. Sesepuh dan para tokoh yang telah berjasa besar kerap berlalu. Sepak terjang para tokoh ini begitu besar dan tidak biasa, namun kemudian kehilangan rekam jejak untuk sekedar dikenang, apalagi untuk ditiru. Sangat sedikit dokumentasi berbentuk tulisan, laksana mereka hidup di zaman batu. Lebih-lebih bentuk peninggalan berupa jejak fisik, mudah dihembus angin laksana debu.
Di satu sisi, tradisi ini bernilai positif sebagai wujud tidak mengkultuskan sosok tertentu. Terlebih jika berkaca pada zaman di mana kekuatan klenik kerap diagung-agungkan secara berlebih. Dari sang tokoh, memang mengingatkan supaya drinya tidak diperlakukan berlebih. Sikap untuk selalu rendah hati ini memang langka. Namun, di sisi lain, Muhammadiyah dikhawatirkan kehilangan jejak sosok-sosok maha guru. Mereka yang menjadi tokoh panutan ini tidak lagi dikenal oleh generasi setelahnya. Sekedar hanya mendengar nama kadang sudah menjadi tabu.
Padahal, warga Muhammadiyah kerap merindukan kehadiran pantulan energi dari para ulama, intelektual, dan pemimpin di masa sebelumnya. Sehingga bisa mengobati dahaga dan memberi semangat baru dalam menjalani rutinitas dan mengemban tugas dakwah Muhammadiyah yang tidak ringan. Sehingga tidak ada lagi suara keluhan. Karena betapa pun sulitnya para aktivis Muhammadiyah hari ini, belum seberapa dibandingkan dengan perjuangan mereka di masa-masa dulu.
Buku ini ditulis dalam rangka itu. Sebagaimana dikatakan penyusun buku ini (Syukrianto AR), bahwa kerap dalam beberapa kesempatan, ia diminta untuk memberikan kultum di hadapan pimpinan dan jamaah Muhammadiyah. Para jamaah ini sangat rindu untuk mendengarkan oase tentang kisah-kisah inspiratif para tokoh Muhammadiyah di setiap kultum. Berulang kali, setelah kultum selesai, ia didorong oleh banyak jamaah supaya menuliskan kisah-kisah yang pernah disampaikan dalam bentuk lisan itu.
Penyusun buku ini merupakan sosok yang sejak kecil menghabiskan waktunya berguru kepada para tokoh-tokoh Muhammadiyah di Kauman. Ia berinteraksi dengan banyak kiai dan pucuk pimpinan. Selain itu, ia juga menjadi penghubung antara tokoh Muhammadiyah di masa lalu dengan generasi setelahnya, semisal pak AR yang tidak lain adalah orang tuanya sendiri. Berbekal interaksi langsung, cerita lisan, dan dipadukan dengan dokumen yang tercecer di banyak tempat, penyusun buku ini menyuguhkan 59 cuplikan hikmah dari para tokoh-tokoh Muhammadiyah.
Rangkuman 59 cerita ini berkisah tentang hal-hal unik sehari-hari. Namun, bagi sebagian orang, kisah-kisah ini dianggap sebagai peristiwa kharijul adah atau di luar kebiasaan manusia pada umumnya. Namun, jika menilik sepanjang sejarah peradaban manusia, tidak ada yang tidak mungkin. Kadar kedekatan hamba dengan Tuhan kadang turut menjadi pembeda keseharian seseorang. Mereka yang dekat dengan Tuhan tentu merupakan sosok-sosok istimewa yang dianugerahi ilmu dan hikmah di atas rata-rata.
Oleh karena itu, meneguk mata air keteladanan dari para tokoh ini menjadi penting. Terutama di masa ketika keteladanan menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya. Di antara kisah dalam buku ini menceritakan betapa tidak mudahnya para tokoh Muhammadiyah awal mempelopori sesuatu demi kemajuan. Ejekan dan cacian kerap diterima. Namun, mereka menanggapinya dengan senyum dan kadang canda.
Ada juga kisah betapa pengorbanan para tokoh Muhammadiyah generasi awal dalam menghidupkan organisasi yang masih belum stabil. Terselip juga kisah tentang kedermawanan, kepedulian, kesederhanaan, dan keteguhan tekad dalam memilih jalan dakwah bersama Muhammadiyah. Tidak ketinggalan kisah tentang spirit kemajuan melalui theologi al-Ashr menjadi salah satu kekhasan para kiai Muhammadiyah. Di bagian lain, ada kisah tentang bagaimana sikap tokoh Muhammadiyah yang haus ilmu pengetahuan dan semangat dalam mempelajari ilmu. Memuat pula kisah-kisah ringan tentang bagaimana tokoh Muhammadiyah dijodohkan, misalnya. (Muhammad Ridha Basri)