MALANG, Suara Muhammadiyah – Bahasa yang selalu berkembang menjadikan salah satu rumpun ilmu ini tidak pernah selesai untuk dipelajari. Bagi Prof Rustono, salah seorang begawan linguistik Indonesia, mempelajari bahasa tidak ada batasnya.
“Belajar tentang bahasa tidak pernah cukup dalam satu jenjang pendidikan,” tutur Rustono dalam agenda dialog pakar bertajuk “Pragmatik dalam Dinamika Sosiokultural di Era Revolusi Industri”, Selasa (17/7).
Di tengah maraknya pembuatan konten sebagai salah satu profesi di era modern ini, dosen Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini menyebutkan bahwa siapapun yang bekerja atau belajar dalam lingkup bahasa harus memahami secara cermat bahasa tersebut.
“Menjadi pelaku dalam disiplin bahasa tidak hanya melulu membutuhkan pemahaman dari sisi konteks, namun juga harus dipahami dalam kaidah tata bahasa,” ujar mantan Ketua Program Studi Pendidikan dan Bahasa Pascasarjana (PPs) UNNES ini.
Dalam paparannya Pembantu Rektor Bidang Akademik UNNES ini memberikan salah satu contoh kesalahan penggunaan istilah yang sering digunakan mulai dari acara tingkat nasional hingga masjid di desa-desa. Istilah tersebut ada pada teks doa yang berbunyi “Ampunilah dosa-dosa kami”.
“Ada satu ungkapan yang kesalahannya mulai tingkat nasional hingga wilayah desa yakni pada ungkapan ‘ampunilah dosa-dosa kami’,” kata pria yang akrab disapa Prof Rus ini.
Menurutnya pada ungkapan tersebut berarti yang diampuni oleh Tuhan adalah kita sebagai individu atau manusia atas dosa-dosa yang telah diperbuat, bukan dosa-dosa kita sehingga ungkapan tersebut menjadi lebih tepat jika “ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku perbuat”.
“Jika kita telaah kembali, maka ungkapan yang benar adalah ‘ampunilah aku atas dosa-dosa yang telah aku perbuat’,” terangnya.
Selain membahas beberapa istilah yang kurang tepat, penulis buku Pokok-pokok Pragmatik ini juga mengajak seluruh akademisi untuk benar-benar menyadari penggunaan bahasa yang benar. Ia pun menegasakan bahwa menggunakan bahasa sesuai dengan tata bahasa, tidak akan menjadikan komunikasi terasa kaku. Hal ini justru akan menghindari kesalahpahaman.
“Bahasa itu ilmu yang sangat sulit dipelajari. Maka merupakan hal yang sangat luar biasa jika kita bisa menaklukkan bahasa itu sendiri,” lanjutnya.
Kehadiran salah satu pakar Bahasa Indonesia dibidang Pendidikan Bahasa Indonesia, Pragmatik, Sintaksis, dan Morfologi ini diapresiasi setinggi-tingginya oleh Rektor UMM Fauzan. Ia pun berpesan agar para peserta yang hadir dapat mengambil banyak ilmu dari acara ini.
“Anda semua yang hadir di sini sangat-sangat perlu bersyukur. Sangat jarang sekali pakar seperti Prof Rus ini hadir membagikan ilmunya,” jelas Fauzan. (Humas UMM)