YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Menyeru kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia, khususnya kaum muslimin untuk membangun cara pandang yang positif (husnudhann) dan cara bersikap yang benar (husnul mawqif) terhadap peristiwa alam dan masalah kebencanaan.
Gempa bumi tektonik di wilayah Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya pada hari Ahad, 29 Juli (6.4 Skala Richter) dan pada hari Ahad, 5 Agustus 2018 (7 Skala Richter) telah mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa, kerusakan rumah-rumah penduduk, sejumlah fasilitas infrastrukur, bangunan-bangunan masjid, sekolah, dan lain-lain.
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal, Lc, MSi dalam siaran persnya pada Kamis (9/8) menyampaikan bahwa peristiwa bencana alam seperti gempa bumi yang terjadi saat ini tidak serta merta dituding dan dipahami sebagai wujud kemurkaan dan adzab Allah Ta’ala, terlebih dijadikan sebagai komoditas politik rendahan.
Menurut Fathurrahman, bencana dapat dipahami sebagai bentuk kebaikan dan kasih sayang (rahmah) Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya, yakni sebagai media untuk introspeksi seluruh perbuatan manusia yang mendatangkan peristiwa yang merugikan manusia itu sendiri.
“Letak geografis nusantara yang sangat strategis telah menjadikannya sebagai pusat peradaban, tetapi sekaligus juga mengandung potensi alamiah yang membahayakan dan menghancurkan. Potensi gempa bumi, tsunami, badai, gunung berapi, banjir, hingga tanah longsor adalah sisi lain tak terpisahkan dari kesuburan, kemakmuran, dan posisi strategis yang dimiliki negeri ini,” ungkap Fathurrahman.
Selain itu, Faturrahman menyerukan kepada Muballigh dan Takmir Masjid Muhammadiyah menggerakkan pengumpulan infaq dan shadaqah khususnya pada hari Jum’at serta infaq berbagai pertemuan/pengajian Majelis Ta’lim di internal Persyarikatan Muhammadiyah untuk disalurkan kepada korban bencana gempa bumi di Nusa Tenggara Barat melalui jaringan Lazismu di Wilayah, Daerah, Cabang, dan Rantingnya masing-masing.(Rizq)