JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengungkapkan semangat kemerdekaan Republik Indonesia adalah semangat yang memiliki nuansa serta berkaitan erat dengan kemanusiaan dan keadilan. Sementara itu ada spirit yang jarang disebutkan yaitu tentang ketauhidan.
“Kalau kita membaca pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 jelas disebutkan bahwa segala penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan,” kata Mu’ti mengantarkan Pengajian Bulanan PP Muhammadiyah di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Jakarta, Jum’at (10/8).
Pengajian yang menyajikan tema “Islam dan Kemerdekaan Indonesia” tersebut menghadirkan narasumber yaitu Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Ahmad Basarah dan Mantan Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y Thohari.
Menurut Mu’ti jika kita mencoba mengaitkan spirit kemerdekaan dengan tauhid, diantara fondasi tauhid adalah bahwa manusia itu hanya menyembah kepada Allah saja, dan tidak boleh menyembah kepada yang lainnya selain Allah adalah makhluk.
“Oleh karena itu, tidak boleh ada makhluk yang memperbudak makhluk yang lainnya, tidak boleh ada makhluk yang menindas makhluk yang lainnya, dan tidak boleh juga manusia sebagai makhluk menyembah makhluk sesama makhluk,” ungkap dosen UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
Mu’ti melanjutkan, heroisme para pahlawan yang berjuang untuk mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan juga senantiasa dipenuhi dengan pekik takbir. “Maka selain itu menunjukkan komitmen perjuangan jihad kemerdekaan itu saya kira kaitannya sangat erat dengan menegakkan tauhid,” imbuhnya.
Kemudian menurut Mu’ti nuansa religius dalam pembukaan UUD 1945 sangat terasa sehingga pada alinea berikutnya disebutkan atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. “Oleh karena itu relasi antara Islam dan kemerdekaan serta relasi tauhid dan spirit kemerdekaan begitu kuatnya.”
Tauhid juga, ungkapnya, menumbuhkan dan melahirkan jiwa-jiwa yang merdeka sehingga seseorang yang bertauhid itu akan selalu memiliki jiwa yang merdeka. “Jiwa yang merdeka itulah menjadi pangkal untuk bergerak melawan penindasan, berbagai macam perbudakan, dan tentu eksploitasi manusia atas manusia yang lainnya,” tutur Mu’ti.
Indonesia bisa berdaulat, masih kata Mu’ti, diantaranya berkat andil dan perjuangan umat Islam, tentunya umat Islam memiliki peran kesejarahan dan peran masa depan. “Bahwa Indonesia ini juga akan bisa terus berdaulat kalau umat islam menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia sekarang dan yang akan datang,” pungkasnya.(Rizq)