SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Usahawan perlu mengambil peluang dari globalisasi yaitu integrasi ekonomi secara global. Terutama, di era disrupsi sebagai sebuah fenomena dalam Revolusi industri 4.0 yang segalanya berbasis teknologi digital dan internet.
Hal tersebut disampaikan oleh Daud Ismail, Guru Besar dan Expert in Entrepreneurhip University Kebangsaan Malaysia (UKM) dalam seminar Entrepreuneurship di Hall Baroroh Baried, Senin (27/8). Acara yang digelar Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta itu dihadiri oleh segenap civitas akademika UNISA, Muhammadiyah, Aisyiyah, Ortom se-DIY serta masyarakat umum.
Pelaksanaan seminar bertajuk “Entrepreuneurship in Industrial Revolution 4.0 Chalenge, Opportunity and How to Survive” tersebut dalam rangka memberikan pemahaman tentang tantangan dan peluang di era disrupsi serta bagaimana upaya untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya.
Menurut Daud, Indonesia dan Malaysia sama-sama sebagai negara tetangga di Asia Tenggara (ASEAN) telah tergabung dalam Asean Freet Trade Area (AFTA) bahkan kini menjadi Asean Community. Itulah yang menjadi dasar perdagangan bebas bagi negara-negara Asia Tenggara, maka jangan heran banyak produk Indonesia yang beredar di Malaysia, begitupun sebaliknya.
Kemudian, Daud menjelaskan tentang inovasi yang dilakukan di negaranya melalui Malaysia Digital Free Trade Zone (DFTZ). Melalui zona perdagangan bebas digital, Malaysia menjadi negara pertama setelah Tiongkok yang menerapkan e-Services digital bekerjasama dengan perusahaan e-commerce Alibaba.
Kini, lanjut Daud, masyarakat lebih memilih berbelanja melalui online, DFTZ merupakan inisiatif dalam menghadap gelombang Industri 4.0 serta persaingan perdagangan global yang berbasis digital. “Dalam globalisasi berlaku kenaikan persaingan di pasar global, termasuk dalam negeri,” imbuhnya.
Selain Daud, dalam seminar tersebut juga menghadirkan Owner of Waroeng Group, Jody Broto Suseno. Ia berbagi kisah sukses dan perjuangan membangun usaha Waroeng Steak and Shake yang kini telah ada 90 outlet.
Jody mengajak peserta untuk segera memulai bisnis, karena memerlukan waktu dalam membangun brand agar dikenal pelanggan. Selain itu, Ia juga berharap dapat membangun perusahaan berbasis spiritual company, kekuatan do’a dan inovasi. “Jika tidak kreatif dan inovatif akan ditinggal,” ungkapnya.(Rzq)