RUSIA SELATAN, Suara Muhammadiyah – Perjuangan itu berbuah hasil, tim ekspedisi Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Alfedya Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Palembang menginjakkan kaki di puncak gunung tertinggi benua Eropa, Gunung Elbrus di Rusia, Jum’at (17/8).
Tim Mapala Alfedya FEB UM Palembang tersebut tergabung dalam Ekspedisi Songket Sriwijaya Menyapa Eropa, yaitu Pemakaian Songket Sriwijaya. Tim yang terdiri dari Riki Ardiansyah, Faldi Riswandi, dan Riza Husin tersebut menjejakkan kaki dan menancapkan bendera merah putih, bendera UM Palembang, dan mengenakan Songket Sriwijaya.
Elbrus termasuk salah satu dari tujuh puncak gunung tertinggi dunia yang menjadi pilihan pendaki dari berbagai penjuru dunia. Pegunungan Elbrus berada di pegunungan Kaukasus dekat perbatasan antara Rusia dan Georgia yang memiliki ketinggian 5.642 mdpl atau 18.510 kaki dan puncaknya selalu diselimuti salju.
Sebelum melakukan ekspedisi tersebut, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus M Wahid Supriyadi menerima silaturahim Faldi, Riza, dan Riki. Ketiganya telah menjalani karantina selama 3 bulan, guna mempersiapkan fisik, mental, dan kerohanian mereka untuk melakukan pendakian.
Wakil Rektor UMPalembang, Mukhtarudin Muchsiri, mengaku bangga dengan keberhasilan tim Mapala Alfedya FEB UMPalembang tersebut. Menurutnya, selain melakukan pendakian, mereka juga membawa misi sosial dan Islam.
“Mereka tidak hanya melakukan pendakian tapi juga membawa misi-misi tertentu. Di antaranya misi sosial dan misi sebagai duta budaya. Selain itu, juga membawa misi Islam dengan cara mengenalkan Islam di Indonesia, khususnya dengan adanya organisasi Muhammadiyah,” tutur Mukhtarudin.
Ia berharap, jika para tim sudah kembali ke UM Palembang bisa membagikan pengalaman mereka selama ekspedisi di Gunung Elbrus Rusia tersebut. Selain itu, juga bisa memberikan gambaran mengenai sejarah dan kondisi umat Islam di Rusia.
“Harapannya, pengalaman mereka mendaki itu bisa menjadi karya ilmiah yang menarik untuk dikembangkan. Seperti proses mereka melakukan adaptasi dari lingkungan tropis di Indonesia, menuju lingkungan yang suhunya berada pada kisaran 30 derajat celcius di bawah 0 (-30 derajat),” tambah Mukhtarudin.(Riz)