MALANG, Suara Muhammadiyah – Seiring perkembangan zaman, tantangan yang dihadapi sekolah negeri dan swasta semakin beragam mulai tingkat SD hingga SMA. Hal ini menuntut pihak seolah, baik negeri maupun swasta untuk terus meningkatkan kualitas. Khusus bagi sekolah swasta, kemandirian dalam pengelolaan sekolah menjadi hal yang utama.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud), Muhadjir Effendy, menyampaikan, dewasa ini sekolah swasta tidak bisa lagi hanya mengandalkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), karena pada dasarnya tujuan berdirinya sekolah swasta berangkat dari semangat membangun negeri.
“Ini pentingnya kemampuan entrepreuner bagi sekolah swasta,” ujarnya pada Kuliah Umum Pendidikan Karakter dalam Rangka Menyiapkan Profesional Pendidik di Era Refolusi Industri 4.0. yang diselenggarakan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (6/9).
Lebih lanjut Muhadjir menyampaikan, dengan semangat membangun dan memberikan yang terbaik sekolah swasta dapat melakukan berbagai inovasi, misalnya dalam hal pendanaan yakni dengan mendapatkan dana dari orang tua wali. Jika kualitas sekolah baik, maka para orang tua wali dipastikan tidak akan keberatan memberikan dana kepada pihak sekolah.
Selain itu, memanfaatkan jaringan dengan alumni juga menjadi jalan lain untuk membuat posisi sekolah semakin bermutu. Ia pun mencontohkan, bagaimana UMM berhasil membangun berbagai amal usaha dan merekatkan hubungan dengan alumni untuk memberikan fasilitas terbaik tanpa membebankan seluruh biaya kepada mahasiswa.
“Ini UMM juga alumninya sudah banyak yang sukses dan kasih beasiswa buat adik-adik mahasiswanya. Jadi sekolah bapak ibu pun bisa. Alumni, terutama yang sudah tua kan banyak yang sukses. Panggil mereka untuk kembali pada almamaternya, agar semangat pengabdiannya juga hidup kembali,” tandas Muhadjir.
Pria yang juga pernah menjabat sebagai Rektor UMM ini menambahkan, tantangan yang muncul tak hanya menghadang sekolah swasta. Bagi sekolah negeri sendiri, jika tak pandai menjaga kualitas pendidikannya lama-kelamaan juga bisa ditinggalkan oleh masyarakat.
“Karena nanti kalau masyarakat tidak puas dengan pelayan publik dia akan pilih swasta. Tapi kalau swasta hanya mengandalkan dana bos ya gak bisa berkembang,” tutur Doktor Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Airlangga (Unair) tersebut.
Sementara itu, staf ahli Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter Arie Budhiman menyampaikan pentingnya penguatan pendidikan karakter dimulai dari kepala sekolah hingga bapak dan ibu guru yang mendidik anak-anak menjadi generasi Indonesia berkarakter.
“Aktor-aktor pendidikan yang sangat menentukan, yakni kepala sekolah, pengawas, komite sekolah, dan termasuk ekosistem pendidikan dan tentunya guru. Harus menjadi teladan, harus menginspirasi, menjadi motivator. Guru adalah sebagai garda terdepan. Poinnya di situ,” pungkasnya.(Humas UMM/Riz)