YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Pengajian Tarjih edisi 14 pada Rabu, 5 September 2018 menghadirkan pembicara ustaz Aly Aulia dan ustaz Ali Yusuf. Pengajian yang berlangsung di Masjid Gedhe Kauman ini masih melanjutkan uraian dari Tafsir At-Tanwir, tentang jalannya kehidupan dan tujuan hidup manusia. Bahasan ini terinspirasi dari QS. Al-Fatihah.
Menurut paparan Aly, kehidupan manusia di dunia beserta kehidupan alam semesta berlangsung secara harmonis dan teratur sesuai dengan sunnatullah. Dalam kepercayaan orang beriman, dia akan menyakini bahwa Tuhanlah yang menciptakan, mengatur, menguasai, menjaga, dan mengawasi kehidupan alam semesta yang luas ini. Dijelaskan misalnya dalam QS. Fathir ayat 41.
Meskipun kehidupan alam dirancang dengan penuh keharmonisan dan keteraturan, kehidupan juga berjalan dinamis. Manusia diberi potensi untuk menentukan pilihan hidup, berkembang dan berubah, sesuai dengan perkembangan dan perubahan kebudayaan manusia.
“Manusia menjalani kehidupan dengan iyyakana’budu waiyyaka nasta’in. Ihdina al-shirat al-mustaqim,” urai Aly. Dalam tafsir At-Tanwir, tujuan hidup manusia terbagi menjadi tiga tujuan pokok.
Pertama, tujuan eskatologis. Manusia berasal dari Allah. “Suka atau pun tidak suka, kita semua akan kembali kepada Allah swt. Di akhirat, manusia akan dihadapkan pada perhitungan dan akan dimintai pertanggungjawabannya,” katanya.
Untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat, seorang Muslim harus memiliki keyakinan dan ketakwaan kepada Allah. “Dengan memberikan titik tekan kehidupan manusia pada kesadaran akan hari kita dikembalikan, maka kehidupan manusia tidak bisa memisahkan aktivitas hidupnya dari pengabdian kepada Allah,” tutur Aly.
Disebutkan ayat 115 dari QS al-Mukminun, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.
Kedua, tujuan spiritual. Setelah adanya kepercayaan akan adanya akhirat, kata Aly, maka yang diharapkan adalah balasan. At Taubah ayat 72 menyatakan, “Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.”
Oleh karena itu, kehidupan manusia tidak semata mencari surga, tetapi mencari ridha Allah. “Tujuan hidup manusia di dunia dan akhirat, adalah mencapai ridha Allah. Dengan mendapatkan ridha Allah, barulah kita memperoleh balasan pahala, dan termasuk di dalamnya surga. Ridha Allah artinya adalah Allah menyenangi, mencintai, menyukai, menyetujui, memilih kita. Maka hidup kita semuanya harus dalam rangka mencari ridha Allah,” ulasnya.
Ketiga, tujuan etis. Tujuan umat Islam menjalani kehidupan berbeda dengan orang-orang yang menganut kapitalime, materialisme, dan semisalnya. Menurut Aly, Islam datang sebagai petunjuk dengan membawa nilai-nilai spiritual yang datang dari Allah, mengajarkan konsep dasar hidup manusia, berupa al-falah.
“Islam mengajarkan konsep al-falah. Kebahagiaan, kemuliaan, kesejahteraan, dan kemenangan. Didasari oleh ketakwaan. Al-falah adalah kemenangan setelah melalui proses panjang, tidak serta-merta,” ungkap Aly.
Untuk mencapai kebahagiaan, manusia harus menyadari hakikat keberadaannya di dunia, yaitu patuh dan mengikuti petunjuk. “Manusia menggapai kemenangan tergantung dengan perilakunya di dunia. Mengetahui hakikat keberadaannya di dunia. Tujuan itu diperoleh dengan ketakwaan,” katanya.
Qur’an Surat Al-Fatihah, menurut At-Tanwir, menguraikan bahwa Allah sebagai rabb, berarti Allah sebagai pencipta, pemelihara, penjaga dan sekaligus sebagai pengakhir kehidupan. “Allah sebagai rabb adalah sebagai pengakhir segalanya. Manusia diberi ruh, lahir, berkembang, hidup, mati, di alam kubur, sampai kembali kepada Allah,” ujarnya.
Kehidupan akan berakhir. Alam semesta akan berakhir dan hancur. Disebut sebagai hari kiamat. Kehancuran kehidupan dan alam semesta dapat pula dijelaskan secara astronomi, geologi, dan fisika.
“Malik al-yamum al-din. Akhirat ada beberapa fase: dibangkitkan (yaum al-ba’ats), dihisab (yaum al-hisab), ditimbang dan diputuskan nasib masing-masing, dibalas (yaum al-jaza’), diputuskan dengan seadil-adilnya,” ulas Aly. (ribas)
Baca Juga :
Pengajian Tarjih 6: Menebar Kasih Sayang untuk Menjaga Kehidupan
Pengajian Tarjih 5: Al-Qur’an adalah Rahmat bagi Manusia
Pengajian Tarjih 2: Cara Memahami Agama dalam Muhammadiyah
Pengajian Tarjih: Rawat Semangat Islam Berkemajuan di Masjid Gedhe Kauman