Paradigma Tajdid dan Modernisme Muhammadiyah

Paradigma Tajdid dan Modernisme Muhammadiyah

Oleh: Mohd Rashidi
Pengerusi dan Pendiri Pertubuhan Lestari Hikmah Malaysia

Suara Muhammadiyah-Kiyai Ahmad Dahlan merupakan sosok yang tidak asing lagi bagi para pengkaji gerakan Islam khususnya di Nusantara. Ledakan pemikiran tajdid, modernis dan anti taqlid yang dibawa oleh Muhammad Abduh didunia Arab telah tersebar di Nusantara melalui tokoh seperti Syed Sheikh Al Hady dan Za’ba di Malaysia manakala di Indonesia melalui Kiyai Ahmad Dahlan dan Buya Hamka.

Untuk memahami lebih mendalam mengenai Kiyai Ahmad Dahlan dan gerakan Muhammadiyah yang beliau asaskan, Pertubuhan Lestari Hikmah Malaysia telah berkunjung ke Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia pada 31 Agustus 2018. Kunjungan ini telah disambut mesra oleh Nafi’ Muthohirin dari Pusat Studi Agama dan Multikulturalisme (PUSAM) serta M. Subhan Setowara dan Haeri Fadli dari Pusat Studi Islam Dan Filsafat (PSIF).Kunjungan ini merupakan sambungan kunjungan yang lepas iaitu bertemu dengan Buya Syafii Maarif mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah di Suara Muhammadiyah Yogyakarta tahun lepas.

Sebagai organisasi gergasi yang sudah lebih 100 tahun didirikan dan mempunyai 30 juta keahlian, banyak pengalaman dan perkembangan Muhammadiyah yang diperbincangkan. Topik yang menjadi fokus pada hari tu adalah mengenai tajdid didalam Muhammadiyah khususnya yang dipelopori oleh Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah. Setelah tokoh Muhammadiyah dahulu sudah melewati usia dan meninggal dunia seperti Almarhum Moeslim Abdurrahman, Amin Abdullah, Buya Syafii, Munir Mulkan dan Kuntowijoyo, Muhammadiyah mendapat nafas baru dengan munculnya tokoh muda yang membarisi wacana moden dan intelektual di Indonesia seperti Pradana Boy, Hasnan Bachtiar, Zakiyuddin Baidhawy dan Najib Burhani.

Muhammadiyah yang unggul terkehadapan dengan membina ratusan universiti dan hospital, membina ribuan sekolah sudah tentu tidak mengkesampingkan wacana intelektual. Islam Berpihak, Teologi neo Al Maun, Tauhid Sosial hatta apa pun nama yang diberikan sudah tentu wacana itu bukan sekadar teori tetapi ianya wacana sosial yang memberdayakan, membebaskan dan membumi.

Dalam pertemuan itu juga Haeri Fadli sempat menerangkan perihal peranan Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam memberikan fatwa, membentuk pusat penelitian dan kajian serta mengkayakan ilmu turath Islam kepada kader dan pendakwah Muhammadiyah.

Exit mobile version