SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Meninggkatkan kepekaan pemuda terhadap realitas kehidupan masyarakat, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (Sekam) Dua, di Lembaga Pengembangan Mutu Pendidikan (LMPM), Kalasan, Sleman, 8-11 September 2018.
Didukung kemajuan teknologi informasi, perhatian dan kepekaan pemuda era milenial terhadap keadaan masyarakat disekitarnya semakin menurun. Diselengarakannya Sekam Dua ini sebagai bentuk semangat dalam melakukan penyadaran dan pencerahan kaum milenial terhadap keadaan sekitarnya.
“Jika Sekam saja tidak ada, jangan beraharap ada api, jika api saja tidak ada, jangan beraharap ada cahaya pencerahan di sekitarnya,” ujar Ketua MPM PP Muhammadiyah, Nurul Yamin dalam sambutan pemukaan.
Yamin menjelaskan bahwa, ketika peserta telah memantapkan diri mengikuti pelatihan, maka, dari keikutsertaannya harus memiliki dampak pencerahan kesekitarnya. “Serta peserta harus memiliki konsep panjang dalam menerjemahkan semangat Sekam ini, yaitu basic ideology, spiritual, dan skill sebagai pemacu dan pengiring gerak semangat pemberdayaan pencerahan.”
Yamin menambahkan, bekal tiga basic tersebut serta didukung konsep yang yang panjang. Alumni Sekam diharapkan turut melakukan perubahan dan jangan menjadi bagian yang turut memarjinalkan kelompok masyarakat.
Dalam agenda penyelengaraan Sekam Dua, peserta akan di titipkan ke keluarga kelompok dampingan atau life in bersama dampingan. Seperti yang disampaikan Qomarudin, anggota divisi Organisasi MPM PP sekaligus ketua acara, “Pada hari terakhir, peserta akan kita life in kan ke dua lokasi kelompok dampingan. Yaitu Kelompok Pemulung di Sekitaran TPST Piyungan Bantul dan kelompok Industri Kecil Menengah (IKM) di Desa Ngoro oro Gunung Kidul,” ungkap Qomar.
Life in bertujuan untuk mengenalkan dan mengakrabkan mereka dengan kelompok dampingan MPM. Diharapkan agenda tersebut meningkatkan empati dan simpati mereka terhadap realitas masyarakat marjinal. “Serta sebagai tempat untuk mereka mengujikan materi yang didapatkan,” imbuh Qomar.
Acara yang diselengarakan selama empat hari ini diikuti sebanyak 32 peserta yang semuanya berusia dibawah 30 tahun. “Persyaratan usia dibawah 30 tahun diharapkan bisa menjaga semangat pemberdayaan dan memanjangkan nafas perjuangan,” pungkasnya.(A’n/Riz)