LOMBOK, Suara Muhammadiyah – Bencana gempa yang terjadi di Lombok pada 27 Juli 2018 yang lalu telah menggerakkan kepedulian masyarakat Indonesia. Sejalan dengan langkah Muhammadiyah Disaster Managemant Center (MDMC) yang telah melakukan respon dan pendampingan terhadap warga terdampak bencana di Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara dan Sumbawa.
Pendampingan dilakukan melalui pendirian Pos Pelayanan Medis dengan jumlah pasien yang ditangani sejumlah 3965 pasien, kegiatan Psikosial yang diikuti oleh 3953 anak, kegiatan Rehab dan Rekonstruksi dengan mendirikan 26 Hunian Sementara (Huntara), 3 Unit, Masjid Darurat, 1 Unit Sekolah Darurat serta mengebor 1 Sumur, pembuatan 9 unit fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) dan melakukan penjernihan air pada 2 lokasi.
“Kita menggerakkan kekuatan dan kapasitas relawan untuk terlibat kegiatan respon. Dengan catatan Relawan harus memiliki kapasitas melakukan respon bencana gempa Lombok ini,” ungkap Budi Setiawan, Ketua MDMC PP Muhammadiyah.
Sementara, Relawan yang teribat dalam kegiatan respon tersebut meliputi Tim Medis Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan, RS PKU Muhammadiyah Bima, Bantul, Yogyakarta dan Gamping, RSI Pondok Kopi, RS Cempaka Putih, RS Roemani Semarang, RSM Ponorogo, RS UMM, RS Siti Khotidjah, FK Unimud, MDMC Blora, MDMC Kalimantan Barat, MDMC Kendal, MDMC Surakarta, MDMC Sumedang, Lazismu Bogor, PWM Kalimantan Selatan, dan TBMM FK UMM.
Tim Medis tersebut melakukan respon berupa pemeriksaan kesehatan terdampak bencana, penanganan dan sosialisasi PHBS untuk menurunkan wabah diare pasca bencana gempa, berkoordinasi dengan Puskesmas Sembalun terkait perluasan wilayah layanan kesehatan, dan melakukan layanan pemeriksaan gigi.
dr Zudiyah Tim Medis Relawan MDMC untuk Lombok mengatakan bahwa salah satu pelayanan medis tercepat MDMC adalah penanganan wabah diare. Menurutnya, wabah diare akan menyebabkan dehidrasi sehingga memerlukan penanganan darurat.
“Kondisi pasien hampir kritis, dia mengalami dehidrasi karena kehilangan banyak cairan, maka perlu dilakukan tindakan infus demi mencegah dehidrasi. Kemudian pasien yang kondisinya memburuk, kami rujuk ke Rumah Sakit darurat MDMC di wilayah Tanjung.”
Sedangkan Relawan Tim Psikososial berasal dari UM Purwokerto, UM Surakarta, IMM Komisariat FIK UMM, MDMC Jepara, MDMC Banyumas, UMM, MDMC Jawa Tengah, MDMC Sukoharjo, KKN Mandiri Indonesia Mengabdi, dan MDMC Yogyakarta melakukan berbagai pendampingan kelompok rentan dan dapur balita. Kegiatan itu dilaksanakan di Dusun Lading-lading, Dusun Lekok, Dusun Mlempah Sari, Desa Sesait, Dusun Karya Bawak Nau, Dusun Lendang Luar, dan Dusun Sajang.
Pendampingan kelompok rentan untuk Lombok berupa kegiatan senam pagi, belajar dan bermain di sekolah darurat MDMC. Menurutnya, kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai terapi psikologi dalam proses trauma healing. Khususnya pada kegiatan Senam Pagi yang dilakukan di Dusun Lading-Lading, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara menjadi salah satu aktivitas yang dipilih warga terdampak.
“Senam pagi sangat bagus dalam pembentukan dan perbaikan tulang. Bagi anak-anak, senam pagi dapat menstimulus perkembangan darah putih yang sangat baik untuk kekebalan tubuh pada anak,” tutur dr. Fitna, relawan medis MDMC saat ditanya manfaat kegiatan senam pagi .
Selain itu MDMC juga melibatkan Relawan Muhammadiyah yang berasal dari 19 daerah dan 6 Tim Relawan yang terlibat dalam kegiatan Search and Rescue (SAR). Berbeda dengan tim Logistik yang dikelola oleh RS. Muhammadiyah Lamongan, Tim Konstruksi Bangunan dikelola oleh Tim Relawan U Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Dalam hal tersebut Relawan MDMC melakukan asesmen kaji kelayakan bangunan. Sri Atmadja R, MEng, PhD, menjelaskan bahwa Tim Kaji Kelayakan Bangunan telah memiliki kapasitas untuk melakukan asesmen. Sehingga menghasilkan data yang valid untuk direkomendasikan kepada Pemerintah sebagai bahan rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana.
Sebagai tindak lanjut, sejak 1 September hingga 30 November 2018 akan dilakukan Pemulihan Darurat dengan nama program “PKO: People Kampong Organized” program pemulihan dini terpadu yang meliputi Community Development penguatan organisasi dan sistem sosial warga terdampak, pelayanan kesehatan, pendampingan psikososial, pendidikan darurat, pemenuhan fasilitas air bersih, dan pemenuhan kebutuhan perlengkapan hidup dalam kondisi darurat seperti Family Kit, kebutuhan bayi, perempuan, lansia dan kelompok rentan lainnya.
Program senilai 14 Milyar ini akan membangun 670 unit hunian sementara, 6 unit masjid semi permanen, 6 sekolah semi permanen, 6 unit klinik kesehatan semi permanen, 6 paket instalasi penjernih air, 5 sumur bor, 110 paket MCK, 1791 paket sembako, 1791 paket family kit, 1791 Paket Perlengkapan Mandi, 500 paket perawatan bayi, 3.693 paket perlengkapan sekolah, 1791 paket perlengkapan masak rumah tangga.
Pusat pelayanan program ini tersebar di 6 area, yaitu tiga Area di Kabupaten Lombok Utara, yaitu Area Tanjung, Area Kayangan, dan Area Gangga. Dua Area di KabupatenLombok Timur yaitu Area Sembalun dan Area Pringgabaya, serta satu area di Kabupaten Sumbawa yaitu Area Alas Barat.(Sls/Riz)