Abdul Mu’ti: 3 Makna Hijrah Nabi SAW

Abdul Mu'ti: 3 Makna Hijrah Nabi SAW

Pengajian Muharram 1440 H di Kampar (Dok Hafizh)

RIAU, Suara Muhammadiyah – Bagi umat Islam, bulan Muharram merupakan sebuah momen sejarah penting, yang ditandai dengan peristiwa Hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah Ke Madinah (Yasrib).

Peristiwa Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah,  yang dulunya bernama kota Yasrib, kota yang sering disebutkan banyak penyakit dan kumuh,  berubah menjadi kota Madinah Al Munawarah,  yaitu kota yang memiliki peradaban dan pencerahan.

Lantas apa makna Hijrah Rasulullah SAW bagi umat Islam sekarang ini? Menurut Dr Abdul Mu’ti,  Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam tabligh akbar di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kampar,  Riau (22/09), menyebutkan setidaknya ada 3 makna Hijrah yang bisa kita ambil dan terapkan untuk saat sekarang ini.

Pertama,  bahwa peristiwa Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah,  yang pertama sekali dilakukan oleh Nabi SAW saat masuk kota Madinah adalah membangun Masjid,  yaitu Masjid Quba.  Masjid inilah yang dikenal sebagai masjid yang pertama dibangun oleh Nabi SAW.  Sesampai Nabi SAW di Madinah,  dilanjutkan membangun Masjid Nabawi.

Makna dari yang dilakulan oleh Rasulullah ini menurut Abdul Mu’ti adalah,  bahwa Hijrah bermakna membangun fondasi Taqwa.

“Pilihan Nabi SAW ini untuk membangun masjid saat peristiwa Hijrah,  menunjukkan bahwa fondasi taqwa menjadi kunci utama dalam melakukan perubahan kehidupan manusia dan bangsa. Masjid merupakan fondasi Taqwa yang akan dapat mengubah kehidupan umat Islam,. Oleh karenanya,  pertama yang dilakukan Nabi adalah membangun Masjid”, tuturnya.

Kedua,  Setelah Rasulullah membangun masjid,  Rasul SAW kemudian melanjutkan membangun pasar.  Keberadaan pasar ini,  tidak jauh dari masjid Madinah yang lebih dulu dibangun Nabi SAW.

Makna membangun pasar adalah membangun fondasi ekonomi masyarakat.  Menurut Abdul Mu’ti,  makna hijrah kedua yang bisa kita ambil adalah,  bahwa membangun masyarakat,  harus diikuti membangun fondasi ekonomi masyarakatnya. Pasar adalah simbol dari upaya Rasulullah membangun fondasi ini.

Ketiga,  setelah fondasi taqwa melalui masjid, dan fondasi ekonomi melalui pasar, kemudian Rasulullah melanjutkan membangun fondasi politik, dengan menerbitkan piagam madinah.  ” piagam Madinah ini,  merupakan peraturan dan perundang-undangan masyarakat madinah, untuk menata masyarakat yang plural”, tutur Mu’ti.

Kepiawaian Rasulullah untuk mengeluarkan piagam madinah,  mendapat pujian banyak pihak,  ada yang menyebut,  cara berpikir Nabi,  melampaui zamanya.  Oleh karena itu, menurut Dosen UIN syarif Hidayatullah Jakarta ini,  Madinah menjadi rujukan dan pilot projek bagi negara-negata modern”, ungkap.

Jadi secara singkat,  spirit Hijrah Rasulullah SAW,  adalah semangat bagi umat muslim hari ini,  untuk memperkuat fondasi ketaqwaan,  ekonomi dan masyarakatnya.  Sehingga tercipta negeri yang baldatun tayyibatun warabbun gafur.  (red)

Exit mobile version